4 Manfaat Literasi Digital dalam Kehidupan Sehari-Hari yang Jarang Disadari

Photo Author
- Jumat, 12 Desember 2025 | 14:35 WIB
Ilustrasi Literasi Digital (Istimewa)
Ilustrasi Literasi Digital (Istimewa)

Krjogja.com - Memasuki penghujung 2025, kecerdasan buatan generatif, pembayaran nirsentuh, dan platform video pendek mendominasi interaksi daring masyarakat Indonesia. Rata-rata waktu layar penduduk perkotaan telah menembus 5 jam 30 menit per hari, naik lebih dari satu jam dibandingkan tahun lalu.

Ironisnya, ledakan akses ini tidak selalu diiringi kemampuan memproses informasi secara kritis. Dalam konteks itulah pentingnya literasi digital menemukan momentumnya.

Sayangnya, banyak orang masih menyamakan literasi digital dengan sekadar “bisa mengoperasikan gawai”. Padahal, manfaatnya jauh melampaui kemampuan teknis. Artikel ini menguraikan 4 Manfaat Literasi Digital dalam Kehidupan Sehari-Hari yang Jarang Disadari. Simak ulasannya di bawah ini.

1. Menghemat Waktu dan Energi Melalui Kurasi Informasi
Literasi digital melatih otak mengidentifikasi kata kunci relevan, mengevaluasi domain, serta memanfaatkan fitur filter pencarian lanjutan. Keterampilan ini memangkas “noise” berita palsu maupun iklan agresif, sehingga kamu memperoleh jawaban valid dalam hitungan detik. Di era banjir data, kemampuan memilih satu sumber berkualitas lebih berharga daripada menumpuk 100 tab browser tanpa ujung.

Secara praktis, pengguna cakap literasi akan menyiapkan daftar situs tepercaya dan menyusun sistem folder digital. Hasilnya, proses riset laporan kantor atau keputusan belanja daring menjadi efisien; waktu tersisa dapat dialihkan untuk pekerjaan kreatif atau relaksasi, mengurangi stres digital yang kian marak tahun-tahun belakangan.

2. Menumbuhkan Kebiasaan Finansial Lebih Sehat
Platform investasi dan dompet digital gencar menawarkan promo. Tanpa literasi, pengguna rawan tergiur imbal hasil tak realistis. Individu melek digital paham memeriksa izin OJK, membaca prospektus, dan membandingkan biaya administrasi tersembunyi. Keputusan finansial pun bertumpu pada data, bukan desakan Fear of Missing Out (FOMO).

Selain itu, dikutip dari IDN Times literasi digital memperkenalkan konsep “digital minimalism” dalam pengeluaran. Di dalamnya memblokir notifikasi impulsif, mengatur batas belanja otomatis, hingga memanfaatkan aplikasi pengelola anggaran open-source. Langkah kecil ini menyehatkan arus kas rumah tangga dan mencegah jeratan utang konsumtif yang belakangan meningkat di kalangan milenial.

3. Memperkuat Relasi Sosial Melalui Empati Daring
Kemahiran memilah emosi dan fakta di media sosial mencegah kita terpancing debat toxic. Literasi digital mengajarkan netiquette: cek konteks sebelum menanggapi, hindari caps-lock agresif, dan gunakan sumber kredibel saat berdiskusi. Relasi pertemanan pun terjaga, sebab percakapan berlangsung pada level ide, bukan serangan pribadi.

Lebih jauh, empati daring membuka pintu kolaborasi lintas geografis. Komunitas hobi, forum belajar bahasa, hingga kelompok relawan kini bertumpu pada etika digital yang saling menghargai. Kita tak hanya “berteman” secara virtual, tetapi juga membangun jaringan pendukung yang dapat diandalkan saat membutuhkan peluang karier atau pertolongan darurat.

4. Melindungi Privasi dan Kesehatan Mental
Pengguna literat digital memahami pentingnya autentikasi dua-faktor, manajer kata sandi, dan pengaturan izin aplikasi. Mereka sadar setiap klik meninggalkan jejak yang bisa dimonetisasi pihak ketiga. Dengan membatasi oversharing, risiko pencurian identitas dan doxxing dapat diperkecil.

Dampak positif lain adalah kesehatan mental. Algoritma kerap “mengurung” pengguna dalam konten serupa. Orang yang cakap literasi digital sengaja men-subscribe kanal edukatif dan memanfaatkan fitur “mute” bagi akun pemicu stres. Kurasi semacam ini menyeimbangkan dopamin digital, menghindarkan kecanduan doom-scrolling, dan menjaga kualitas tidur yang menurun drastis di era hyper-connectivity.

Literasi digital terbukti lebih dari sekadar kecakapan teknis. Manfaat ini acap luput disadari karena dampaknya gradual, tetapi terasa signifikan ketika diakumulasi sepanjang tahun. Tanpa fondasi literasi, kita mudah terjebak hoaks, krisis keuangan, dan burnout digital yang merusak produktivitas.

Indonesia Summit 2025 menegaskan momentum memperluas manfaat tersebut. Melalui konten prakonferensi, forum ini menjadi laboratorium nyata penerapan literasi digital untuk membangun gagasan berkelanjutan bagi bangsa. Dengan mengikuti kanal resminya, publik dapat meniru standar komunikasi data-driven dan menempatkan diri dalam ekosistem kolaborasi lintas sektor. Jadikan manfaat di atas sebagai fondasi. Mulai hari ini, latih diri memilah informasi berita, mengelola privasi, dan menebar jejak digital positif demi masa depan Indonesia yang kian cerdas dan terhubung. (*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jadwal Puasa Rajab 2025-2026 dan Bacaan Niatnya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:40 WIB

Mengumpat Bisa Bikin Tubuh Makin Pede?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:40 WIB

Latvia Kekurangan Pria, Kesempatan untuk Para Jomblo?

Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:50 WIB
X