Saat itu Rizal Ramli ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) dan Luhut menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
Suatu ketika harga CPO melonjak tinggi di pasar dunia. Para taipan pemilik pabrik CPO dalam pandangan Rizal, berlaku rakus. Mereka menarik lagi jatah pasar dalam negeri untuk dijual ke pasar dunia.
Akibat praktik tersebut, harga minyak goreng dalam negeri melambung tinggi hingga mencapai kenaikan sebesar 150%.
“Tentu saja saya marah sekali. Saya panggil Bang Luhut sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan,” tulis Rizal Ramli.
Luhut diminta untuk mengundang semua taipan sawit untuk makan siang. Daftar perusahaan dan nama-namanya diberikan oleh Rizal.
Baca Juga: Tak Bisa Temani PSIM di Padang, Brajamusti Kirim Dukungan dan Doa dari Jogja
“Sampaikan pesan saya, jangan lupa kacang sama kulitnya. Sewaktu bangun kebun sawit, kalian semua pakai tanah negara. Kalian juga dibantu kredit Bank Indonesia yang bunganya cuma 2%,” ujar Rizal.
Dalam catatan Rizal Ramli, saat itu kredit yang diperuntukkan bagi UMKM saja bunganya sudah mencapai 12%.
Sejumlah pesan lain juga dititipkan kepada Luhut untuk disampaikan kepada para taipan. Termasuk yang paling pamungkas dalam satu bulan harga minyak goreng dalam negeri harus turun.
Rizal Ramli mengenang, saat itu Luhut langsung berdiri, mengambil sikap sempurna, dan memberi hormat ala militer.
“Gua paling senang dapat tugas seperti ini,” jawab Luhut kepada Rizal.
“Gua kan Kopasus, paling senang injak kaki orang,” imbuhnya.
Benar saja, tulis Rizal di halaman 317 buku tersebut, kurang dari satu bulan harga minyak goreng langsung turun. (*)