Kini hari kasih sayang ini telah dirayakan oleh berbagai kalangan di belahan dunia, tak memandang golongan serta usia.
Kemudian ada peringatan Hari Pemberontakan PETA (Pasukan Pembela Tanah Air)
Dilansir dari kulonprogokab.go.id, pada tanggal 14 Februari 1945 terjadi gejolak di Blitar, Jawa Timur.
Para pasukan PETA yang merupakan didikan Jepang membantu Jepang dalam Perang Dunia ke-2, kemudian pasukan tersebut melakukan pemberontakan.
Hal tersebut didasari dari perlakuan diskriminatif oleh Jepang terhadap rakyat Indonesia pada masa itu.
Dimana Jepang menerapkan sistem kerja paksa (romusha) dan kerap kali merampas hasil tani serta melakukan pelecehan kepada wanita pribumi.
Lalu pada tanggal 14 Februari 1944, rombongan yang dipimpin oleh Supriyadi melakukan penyerangan dengan menembaki sasaran yang sudah ditentukan.
Sasaran tembakan tersebut ialah, rumah para pelatih dan gedung kempetai serta sebuah hotel milik Jepang.
Pasukan PETA bergerak ke luar kota dalam empat rombongan, namun sayangnya mereka gagal menggerakkan satuan lain untuk ikut memberontak.
Tetapi rencana mereka sudah diketahui oleh pihak Jepang. Dalam waktu yang singkat Jepang mengirim pasukan militernya untuk menjegal pasukan PETA.
Militer jepang berhasil menangkap 78 orang yang terdiri dari perwira dan prajurit PETA, kemudian dijebloskan ke penjara untuk selanjutnya diadili di Jakarta.
Sebanyak 6 orang divonis dengan hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, dan 6 orang lagi terkena sanksi penjara seumur hidup.
Untuk sisa lainnya dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukannya masing-masing.
Tetapi ironisnya nasib pemimpin pasukan PETA yakni Supriyadi tidak diketahui, ia dinyatakan menghilang secara misterius.
Untuk mengenang jasa para pejuang PETA pada masa itu, kemudian dibangun sebuah Monumen PETA di Blitar, Jawa Timur pada tahun 1998.(*)