Krjogja.com - Menjelang 10 hari terakhir bulan Ramadan banyak yang menjalankan i'tikaf yang mana ini adalah tuntunan kanjeng nabi Muhammad SAW.
Sebagai bentuk kontemplasi penyerahan diri kepada Allah SWT dan juga permohonan maaf serta doa - doa untuk memasuki kehidupan.
Pengaruh Wali Songo yang berkembang dengan ide Sunan Kalijaga membuat Ketupat adalah sebuah pemikiran yang fenomena di masyarakat Jawa yang menjadi tradisi hingga kini.
Baca Juga: PSS Akhirnya Tak Kebobolan Usai Tujuh Laga, M Ridwan Ingatkan Hal Ini
Ketupat bisa jadi adalah lanjutan dari apa yang bernama pengakuan dosa yakni kata harafiahnya kupat berarti ngaku lepat.
Ketupat Lebaran adalah hidangan khas yang sering disajikan pada saat perayaan Idul Fitri di Indonesia.
Ketupat adalah makanan yang terbuat dari beras yang dikukus dalam anyaman daun kelapa muda. Proses pemasakan ini menghasilkan tekstur nasi yang padat dan berbentuk segitiga.
Baca Juga: Film Indonesia Harus Menjadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri
Ketupat Lebaran biasanya disantap bersama rendang, opor ayam, atau sambal goreng ati sebagai hidangan klasik saat Idul Fitri.
Makanan ini melambangkan persaudaraan dan kebersamaan serta menjadi simbol sukacita dalam merayakan akhir dari bulan puasa Ramadan.
Sebagai bentuk perjuangan para Wali Songo yang mengakar kuat dan dapat di terima di sebagian besar masyarakat Jawa ajaran makna Kupat dan ketupat lebaran ini sangat mendalam.
Bahkan setiap 8 Syawal beberapa daerah di Jawa banyak yang merayakannya dengan istilah Bakda kupat atau Riyoyo Kupat yang maknanya untuk melanjutkan makna puasa Ramadan untuk satu tahun yang akan datang.
Lebaran ketupat atau Riyoyo Kupat sebuah tradisi peringatan hari raya Idul Fitri yang ada di Indonesia.
Masyarakat Jawa khususnya yang merayakan bisa jadi Murid-murid sang wali songo di luar pulau Jawa juga melakukan perayaan ini.