Sebelum kehadiran Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab kuno hidup dalam situasi yang bisa kita sebut: gelap-gelapan spiritual berjamaah. Bayangin aja, mereka ngaku masih pengikut Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tapi tiap hari malah konsultasi sama dukun, minta jimat ke tukang sihir, dan ngatur hidup berdasar arah terbang burung. Mirip kayak kita yang bilang beriman, tapi tetap gak mau keluar rumah kalau kucing hitam nyebrang.
Dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya KH Moenawar Chalil, disebutkan bahwa masyarakat Arab waktu itu bukan cuma percaya, tapi menggantungkan hidupnya pada para kahin (dukun), tukang sihir, dan ramalan mistis. Buat mereka, yang namanya perdukunan itu bukan urusan mistik semata, tapi bagian dari decision-making process harian: dari nikah, dagang, sampe perang.
Nah, biar kamu bisa bedain mana Islam dan mana takhayul yang nyaru, berikut ini 9 kepercayaan paling populer di kalangan bangsa Arab sebelum datangnya Islam. Siap-siap, beberapa di antaranya bakal bikin kamu bilang, “Lah ini sih nenekku juga percaya…”
1. Jangan Main-main Sama Berhala, Nanti Kena Supak!
Kalau kamu ngejek atau nyumpahin berhala Latta atau Uzza (dua dewa perempuan yang populer waktu itu), masyarakat Arab percaya kamu bakal kena penyakit kulit yang disebut supak. Ini semacam karma instan ala mistik lokal. Mirip-mirip mitos zaman sekarang: jangan nunjuk pelangi, nanti jari bengkok.
2. Dilarang Keras Bunuh Ular
Mereka percaya, kalau kamu bunuh ular, nanti “hantu ular” itu bakal balik buat balas dendam. Ngeri juga, ya. Jadi, tiap ketemu ular, orang Arab dulu mungkin lebih takut bukan karena bisa dipatuk, tapi karena takut dikejar arwah ular versi 2.0.
3. Arwah Jadi Burung Hammah
Setelah seseorang meninggal, dipercaya arwahnya akan berubah jadi burung bernama Hammah. Burung ini bakal terbang sambil nyari pembalasan. Jadi jangan heran kalau waktu itu banyak yang takut sama suara burung malam. Bukan karena serem, tapi karena dikira itu arwah nenek tetangga yang belum “move on”.
4. Ular Dalam Perut = Rasa Lapar
Ini rada absurd tapi unik. Bangsa Arab percaya rasa lapar itu disebabkan oleh ular di dalam perut yang menggigit dari dalam. Jadi mungkin dulu, alih-alih makan mie instan, mereka lebih memilih “berzikir” buat jin perutnya supaya anteng.
5. Tersesat? Balik Baju Saja
Kalau ada yang nyasar di jalan, solusinya bukan buka Google Maps, tapi… baju dibalik. Mereka percaya itu bisa bantu balik ke jalur yang benar. Mungkin ini cikal bakal dari mitos “pakai baju terbalik buat bikin hujan berhenti”.
6. Cincin Besi atau Tembaga = Tambah Kekuatan
Jangan heran kalau orang dulu demen banget pakai cincin. Bukan buat gaya, tapi karena dipercaya bisa menambah kekuatan. Macam tokoh anime yang punya power lewat cincin sihir, gitu. Bedanya, ini realita zaman jahiliyah.
7. Tes Kesetiaan Lewat Simpul Pohon
Sebelum pergi jauh, mereka ikat simpul di pohon. Nanti kalau pulang simpulnya kebuka, itu artinya: istrinya selingkuh. Teknologi ini bisa kita sebut sebagai “GPS pernikahan manual” yang penuh praduga dan sangat rawan fitnah.
8. Panggil Hujan Pakai Kambing
Kalau kemarau, ekor kambing diikat rumput lalu dibakar. Mereka percaya, itu bakal memicu hujan turun. Konsepnya sih mirip pawang hujan zaman sekarang, cuma beda “alat bantu” aja.
9. Lihat Burung Sebelum Bepergian
Kalau burung terbang ke kanan, itu pertanda bagus. Kalau ke kiri, batalin aja rencana. Ini mirip sama kebiasaan kita nungguin kode semesta lewat lirik lagu atau notifikasi mantan sebelum bikin keputusan.
Kepercayaan yang Tak Mati, Cuma Berganti Nama
Yang menarik, KH Moenawar Chalil menyebut bahwa meski semua kepercayaan ini terkesan eksklusif Arab, nyatanya takhayul model begini juga eksis di banyak budaya lain. Bedanya cuma di nama dan cara bungkusnya. Indonesia sendiri punya segudang tradisi mirip: dari pamali, jimat, sampai mitos tentang suara tokek yang menentukan nasib jodoh.
Islam datang membawa tauhid sebagai pusat keimanan. Menyembuhkan masyarakat dari ketergantungan terhadap makhluk halus, takhayul, dan para kahin. Tapi ya itu tadi, warisan mistik dan spiritual semacam ini kadang susah hilang total. Kayak jejak kenangan mantan: udah ditinggalin, tapi masih suka nyisa di sudut hati. (Osy)