KRJogja.com - Bersyukur adalah sikap hati yang tampaknya sederhana, namun sulit dijaga secara konsisten. Namun, Gus Baha, seorang ulama alim yang ceramahnya banyak ditunggu orang, memberikan penjelasan menohok terkait cara berpikir dalam bersyukur.
Menurut Gus Baha, banyak orang keliru memahami konsep syukur karena terlalu fokus pada hal yang muluk-muluk. Padahal, nikmat Allah itu sudah hadir sejak kebutuhan paling dasar manusia terpenuhi, seperti makan dan tidur.
Gus Baha menekankan bahwa syukur sejati tidak perlu menunggu kondisi sempurna. Bahkan saat lapar dan bisa makan, saat ngantuk dan bisa tidur, itulah momen paling tepat untuk bersyukur.
Praktikkan Rasa Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari
Dengan memahami konsep syukur yang sederhana ini, diharapkan umat Islam dapat menjadikan rasa syukur sebagai budaya hidup, bukan sekadar ungkapan saat sedang bahagia.
Gus Baha mengajak umat Islam untuk merenungkan cara sederhana namun dalam dalam menyikapi nikmat. Dengan membiasakan diri bersyukur atas hal-hal kecil, hati akan lebih lapang menerima takdir dan lebih mudah menjaga hubungan baik dengan sesama.
Dengan memahami resep syukur versi Gus Baha ini, diharapkan umat semakin bijak dalam menyikapi hidup dan tidak lagi menunda-nunda untuk bersyukur, kapan pun dan dalam kondisi apa pun. (*)