ragam

Menelusuri Budaya 'Skena' dan 'Kalcer' Mahasiswa Jogja

Senin, 4 Agustus 2025 | 16:45 WIB
Ilustrasi (Pixabay)

Krjogja.com - YOGYA - Skena merujuk pada sekumpulan orang yang memiliki kegemaran atau ketertarikan yang sama terhadap suatu hal. Belakangan ini, istilah skena semakin identik dengan cara berpakaian atau outfit yang dianggap merepresentasikan identitas seseorang dalam kelompok tersebut.

Secara esensial, skena adalah bentuk kesamaan minat—misalnya dalam menikmati musik. Sekumpulan orang yang rutin menghadiri pertunjukan musik atau gigs dapat disebut sebagai bagian dari skena gigs.

Baca Juga: Diam-diam, Porto Bikin Kejutan!

Begitu pula mereka yang menyukai genre pop-punk, akan tergabung dalam skena pop-punk. Identitas ini terbentuk bukan hanya dari selera musik, tetapi juga dari simbol-simbol visual seperti merchandise band atau gaya berpakaian khas.

Dalam kehidupan mahasiswa Jogja, aktivitas nongkrong dan ngopi menjadi bagian dari keseharian yang lekat dengan istilah "kalcer." Kalcer sendiri merupakan pelafalan dari "culture" yang menggambarkan gaya hidup atau pola hidup tertentu.

Nongkrong, berdiskusi, dan menikmati kopi bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari pola hidup yang membentuk identitas sosial.

Baca Juga: Legenda Tottenham Itu Mesti Angkat Kaki

Skena dan kalcer saling berkaitan dan bersandingan. Skena menjadi ruang kesenangan kolektif, sementara kalcer membentuk kebiasaan dan gaya hidup yang menyertai minat tersebut. Lagu-lagu yang diputar di tempat ngopi, dekorasi ruangan, hingga outfit pengunjung menjadi penanda visual dari identitas tersebut.

Banyak kafe di Jogja kini membranding diri sebagai ruang kalcer dan skena. Hal ini terlihat dari desain interior yang estetik, pemilihan musik yang diputar, hingga gaya berpakaian pengunjung yang mencerminkan antusiasme terhadap skena tertentu.

Aksesoris seperti tote bag band, kaos gigs, atau merchandise pop-punk menjadi simbol yang membingkai identitas mereka.

Penilaian seperti "seberapa kalcer kamu" atau "seberapa skena kamu" bersifat subjektif. Tidak ada standar baku dalam menilai pola hidup atau tingkat ketertarikan seseorang terhadap suatu skena.

Yang menjadikannya menarik adalah bagaimana kelompok tersebut mengekspresikan kegemaran mereka melalui simbol, gaya, dan ruang yang mereka ciptakan bersama.

Mudahnya, ketika seseorang mengenakan aksesoris dari band gigs, ia akan terframing sebagai bagian dari skena gigs. Begitu pula jika ia mengenakan merchandise pop-punk, maka ia diasosiasikan dengan skena pop-punk.

Identitas ini bukan sekadar tampilan luar, melainkan refleksi dari kesenangan dan afiliasi budaya yang mereka bangun bersama. (*)

Tags

Terkini

Jadwal Puasa Rajab 2025-2026 dan Bacaan Niatnya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:40 WIB

Mengumpat Bisa Bikin Tubuh Makin Pede?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:40 WIB