Selepas menuntaskan studi dasar dan menengah, Djuanda melanjutkan studi ke THS (sekarang ITB) Bandung pada jurusan Teknik Sipil.
Sama seperti halnya Soekarno, selepas lulus, ia berhak menyandang gelar insinyur (Ir.).
Sejak sebelum era kemerdekaan, Ir. Djuanda telah memulai berbagai inisiatif progresif untuk memajukan pendidikan Muhammadiyah.
Ia dengan tanpa ragu menginisiasi proposal pendirian Sekolah Tinggi Sosial Ekonomi Muhammadiyah tahun 1936.
Belum sempat terealisasi, Perang Dunia II yang berlangsung dari tahun 1941-1945 menunda niatan mulia tersebut.
Seusai kemerdekaan, Ir. Djuanda masuk kedalam jajaran kabinet, baik sebagai menteri, menteri pertama, hingga perdana menteri.
Meski telah masuk ke jajaran birokrat elit, bakti Ir. Djuanda kepada Muhammadiyah tak surut sedikitpun.
Hingga akhir masa “sugeng” beliau, Ir. Djuanda memohon agar langgeng bersematkan gelar “anggota Muhammadiyah”. (*)