Krjogja.com — Fakta menarik muncul di belahan bumi Eropa. Latvia, negara Eropa bagian tengah yang dekat dengan Rusia, kini mengalami krisis penduduk pria.
Latvia memiliki fenomena kependudukan (demografi) yang tak lazim untuk kebanyakan negara Eropa. Negara yang beribukota di Riga ini timpang secara rasio gender.
Baca Juga: Jadwal KA Prameks Jogja–Kutoarjo PP Akhir Pekan Ini Tanggal 13-14 Desember 2025
Data menunjukkan jika populasi perempuan melebihi populasi pria hingga sebanyak lebih dari 80,000 orang atau sekitar 15,5%.
Artinya, jika dipasangkan satu persatu, 80,000 perempuan tersebut kemungkinan bakal tak beroleh pasangan alias jomblo.
Fenomena tak biasa ini tentu tak terjadi begitu saja. Sebuah sumber menyebut jika ketimpangan rasio gender ini berakar dari tiga sebab.
Baca Juga: Rayakan Hari Ibu, Para Organisasi Wanita DIY Sinergi Bersama
Ketiga sebab itu yakni aktivitas migrasi selama bertahun-tahun, disparitas kesehatan, serta pergeseran populasi pasca pecahnya Uni Soviet.
Selama beberapa tahun belakangan, terjadi tren “kabur aja dulu” di kalangan anak muda—terutama pria—Latvia.
Akibatnya, populasi pria semakin menyusut. Nahasnya, tren ini justru kian meningkat dan memengaruhi pelbagai segi kehidupan.
Kultur pacaran (dating culture) di kalangan anak muda Latvia perlahan mengalami perubahan. Orang di sana kini lebih fokus pada karier dan rencana ekonomi jangka panjang.
Keadaan gender yang tak berimbang ini juga berdampak pada kondisi tenaga kerja. Tenaga buruh kian menyusut, sementara keberimbangan gender tak kunjung terjadi.
Praktis, situasi ini membikin pemerintah Latvia pusing. Para perempuan di sana lantas mengambil inisiasi mandiri.
Mereka menyewa jasa pria untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumahan (husband for an hour). Sebuah platform bernama Komanda24 menyediakan jasa layanan tersebut.