Mereka juga menelusuri lebih jauh bagaimana misuh dapat menggugah rasa pede di dalam konteks lainnya.
Misalnya, penggunaan umpatan dalam kegiatan wicara publik (public speaking) atau saat berhubungan mesra.
“Banyak situasi di mana keraguan menghancurkan kita. Anda bisa masuk ke sebuah ruangan sepi, misuh beberapa menit, lalu kembali dan memberi pidato. Saya yakin banyak orang melakukan itu,” kata Stephens.
Stephens mewanti-wanti bahwa misuh tetap tak bisa seenaknya. Orang tetap harus memperhatikan situasi dan kondisi, terutama dengan siapa ia berinteraksi.
“Kalau Anda ingin misuh seenaknya, lakukanlah sambil menyelam dalam air panas,” pungkasnya berseloroh. (*)