Cahya Supriadi Jadi Pahlawan dan Inisiator Serangan di Stadion BJ Habibie

Photo Author
- Minggu, 28 September 2025 | 13:58 WIB
Penampilan gemilang kiper PSIM Yogyakarta, Cahya Supriadi saat melawan PSM Makassar (Foto IG PSIM)
Penampilan gemilang kiper PSIM Yogyakarta, Cahya Supriadi saat melawan PSM Makassar (Foto IG PSIM)

Krjogja.com - PAREPARE – Pertarungan sengit antara PSM Makassar dan PSIM Yogyakarta di Stadion BJ Habibie, Parepare, Sabtu (27/9/2025), menghadirkan drama yang tak terduga. Di tengah hujan peluang dan tekanan berat dari tuan rumah, sosok Cahya Supriadi tampil gemilang di bawah mistar PSIM, hingga diganjar gelar Man of The Match.

Laga ini sejak awal sudah diprediksi berlangsung ketat, terutama karena kedua tim sama-sama punya kiper tangguh. Hilmansyah di kubu PSM tampil solid, tetapi sorotan utama justru jatuh pada Cahya yang berulang kali melakukan penyelamatan spektakuler. Duel antarpenjaga gawang tersebut akhirnya dimenangkan oleh kiper muda PSIM.

Menurut analis sepak bola sekaligus YouTuber taktik, Tommy Desky, performa Cahya bukan sekadar aksi refleks. Ia menunjukkan kematangan dalam distribusi bola yang membuat permainan PSIM lebih variatif. “Cahya tidak hanya menjaga gawang, tapi juga menjadi inisiator serangan. Footwork dan passing direct ke Anton Fase benar-benar membuka peluang berbahaya. Itu kualitas seorang kiper modern,” kata Tommy.

Baca Juga: Catatan Kemenangan Tandang PSIM di BRI Liga Super Terhenti, Van Gastel Akui Peran Besar Kedua Kiper

PSIM asuhan Jan Paul Van Gastel menurunkan formasi awal 1-4-2-3-1. Namun, dalam fase menyerang, skema berubah menjadi 3-2-5. Perubahan ini menuntut kiper untuk punya peran ekstra dalam mengatur build-up. Cahya menjalankan peran tersebut dengan presisi tinggi, melepaskan umpan vertikal yang langsung mengakses area serangan tanpa harus berlama-lama di lini tengah.

Penampilan brilian Cahya juga mengingatkan publik pada Toulon Tournament 2022 di Prancis. Kala itu, beberapa talent scout asing menaruh perhatian pada pemain Indonesia muda, termasuk Cahya. Bahkan, Juan Camilo, Sport Marketing Adidas asal Kolombia, sempat menyebut Cahya sebagai salah satu kiper potensial yang layak diproyeksikan ke level lebih tinggi.

Perbandingan dengan Hilmansyah pun menjadi pembeda. Jika Hilmansyah fokus pada shot-stopping untuk menyelamatkan PSM, Cahya menawarkan sesuatu yang lebih: kemampuan menjaga ritme permainan dari belakang. “Dia bukan sekadar benteng terakhir, tapi sekaligus motor taktik. Itu yang membuatnya spesial,” tambah Tommy.

Baca Juga: PSIM Tahan Imbang PSM Tanpa Gol, Rekor Belum Kalah Away Laskar Mataram Berlanjut, Begini Komentar Van Gastel

Momen paling krusial datang di menit-menit akhir ketika Cahya menggagalkan dua peluang emas PSM secara beruntun, termasuk sundulan keras Everton Nascimento dari jarak dekat. Refleks luar biasa itu membuat skor tetap aman bagi Laskar Mataram, dan seisi Stadion BJ Habibie pun terdiam sejenak.

Meski tampil sebagai bintang, Cahya tetap merendah. Ia menegaskan bahwa performa impresifnya tidak lepas dari instruksi pelatih dan kerja sama seluruh tim. “Saya hanya ingin membantu tim. Semua pemain sudah bekerja keras, jadi penghargaan ini untuk PSIM, bukan hanya untuk saya,” ucap Cahya seusai laga.

Dengan performa gemilang ini, Cahya Supriadi membuka kembali jalannya menuju panggung lebih besar. Jika konsisten, bukan mustahil ia kembali masuk radar Timnas Indonesia yang kini tengah bersiap menghadapi berbagai ajang internasional.

Pertandingan di Parepare pun menjadi catatan penting. Ini bukan hanya soal hasil di papan klasemen, melainkan juga pembuktian bahwa PSIM punya kiper muda dengan masa depan cerah. Malam itu, di Stadion BJ Habibie, sinar Cahya Supriadi benar-benar menerangi perjalanan Laskar Mataram.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Primaswolo Sudjono

Tags

Rekomendasi

Terkini

X