Krjogja.com - NEW JERSEY - Ada yang lebih dalam dari sekadar skor dan taktik di MetLife Stadium dini hari nanti. Ketika Paris Saint-Germain dan Real Madrid bertemu di semifinal Piala Dunia Antarklub 2025, yang dipertaruhkan bukan cuma tiket ke final—tapi juga harga diri, nostalgia, dan luka yang belum benar-benar sembuh.
Bagi publik netral, ini adalah pesta sepak bola yang menyajikan dua raksasa Eropa. Namun bagi Kylian Mbappe, ini adalah malam emosional menghadapi klub yang dulu membesarkan namanya—dan akhirnya ia tinggalkan tanpa bayaran.
Baca Juga: Pantai Ketawang Dibanjiri Puluhan Ribu Pengunjung Festival Layang Layang Nasional 2025
PSG datang sebagai juara Eropa 2024, Real Madrid sebagai penguasa benua di 2023. Artinya, ini bukan sekadar semifinal; ini adalah benturan dua kampiun bertabur bintang dengan DNA juara. Siapa pun pemenangnya akan menghadapi Chelsea atau Fluminense di partai puncak.
Namun, jalan menuju semifinal memperlihatkan dua sisi berbeda dari keduanya.
PSG harus berdarah-darah melewati Bayern Munchen, dan kemenangan itu dibayar mahal—dua bek utama mereka, William Pacho dan Lucas Hernandez, diganjar kartu merah. Luis Enrique kini harus mengotak-atik pertahanan di momen paling genting.
Baca Juga: Gama, Bocah Depok Pejuang Penyakit Langka yang Tak Henti Bermimpi Jadi Dokter
Di sisi lain, Real Madrid di bawah Xabi Alonso tampil matang dan penuh kendali. Mereka menghantam Dortmund dengan dua gol cepat, lalu bertahan dengan disiplin tinggi. Tim ini mungkin tidak sefantastis Madrid era Galacticos, tapi mereka efisien—dan mematikan.
Semua sorot lampu tentu akan tertuju pada satu nama: Kylian Mbappe. Untuk pertama kalinya sejak pindah secara gratis musim panas lalu, ia akan menghadapi mantan klubnya. Di mata fans PSG, ia mungkin dianggap “pengkhianat”, tapi di ruang ganti Madrid, ia adalah senjata utama.
Menariknya, Xabi Alonso belum tentu menurunkannya sebagai starter. Striker muda Gonzalo Garcia sedang membara dan bisa jadi pilihan pertama. Namun jika dimainkan, satu sentuhan Mbappe bisa jadi penentu—atau penghancur harapan PSG.
Dengan absennya Pacho dan Hernandez, PSG berada di zona rawan. Kapten Marquinhos akan ditemani Lucas Beraldo, bek muda yang belum banyak pengalaman di laga sebesar ini. Lini tengah mereka masih solid, tapi serangan cepat Madrid bisa jadi mimpi buruk jika koordinasi belakang gagal.
Sementara Real Madrid juga tak sepenuhnya aman. Dean Huijsen diskors, dan Eder Militao belum 100% fit. Rudiger dan Asencio akan jadi tembok utama. Tapi dengan Courtois di bawah mistar dan trio lini tengah Bellingham, Tchouameni, dan Valverde yang solid, Madrid tampak lebih seimbang.
Dalam lima pertemuan terakhir, Real Madrid unggul tipis atas PSG. Mereka punya pengalaman, ketenangan, dan DNA pemenang. Tapi PSG punya motivasi besar untuk membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar klub kaya raya tanpa sejarah panjang.
Prediksi: Pertarungan Tak Ditentukan oleh Nama, Tapi Momen
Laga ini tidak akan ditentukan oleh siapa yang punya bintang lebih banyak, tapi siapa yang lebih tenang saat badai datang. PSG punya kecepatan dan teknik, Madrid punya kestabilan dan presisi. Dan di antara semua itu, emosi Mbappe bisa menjadi kunci—apakah ia menjadi pahlawan Madrid, atau justru terbebani oleh bayang-bayang masa lalu?