wirausaha

Berawal Dari Jualan Cilok Kini Jadi Pengusaha Konveksi Beromzet Ratusan Juta

Selasa, 3 Oktober 2023 | 17:10 WIB
Salah satu tempat produksi di Ipang Production. (Bagyo Harsono)

Krjogja.com, MAGELANG - Nasib seseorang tidak ada yang tahu. Termasuk jalan rejeki, jodoh dan kematian. Hanya Tuhan yang tahu akan rahasia kehidupan tersebut. Tetapi semua itu bisa kita wujudkan dengan usaha, kerja keras, kerja ikhlas, iktiar dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Seperti yang dialami Apsasi Annisa Romas, pemilik Ipang Production, warga Jalan Nepen, RT 02/RW 05, Nlepen, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Siapa menyangka, ibu satu orang anak itu, kini memiliki 33 karyawan dan omzetnya mencapai ratusan juta rupiah perbulan.

Padahal sebelumnya, ia pernah berjualan cilok (makanan dari tepung kanji yang dicolok) keliling sekolah ke sekolah pada tahun 2010 – 2014 lalu. Pada saat berjualan cilok itu, terkadang ia dibantu suaminya jika tidak ada pesanan sablon ditempatnya bekerja.

Baca Juga: Ali Ghufron Mukti Pastikan Tidak Ada Diskriminasi Peserta BPJS Kesehatan

Menurut Anisa begitu nama panggilan Apsasi Annisa Romas, Selasa (3/10/2023), pengalaman menjadi pedagang cilok itu tidak pernah ia lupakan. Selama hampir empat tahun, ia dan suaminya berkeliling ke satu sekolah ke sekolah yang lain. Untung bahkan rugi, sudah sering ia alami.

Terkadang, keduanya pernah tidak mendapatkan keuntungan sama sekali, gara-gara suaminya kurang teliti saat menghadapi anak-anak yang berebut membeli cilok nya saat jam istirahat tiba. Kerugian terbesar, dialami saat musim penghujan. Dimana mereka sering tidak berjualan karena hujan turun berhari-hari.

Lika liku perjalanan hidupnya sebagai pedagang cilok tersebut, membuat mereka berpikir keras. Karena hasil jualan cilok nya, sering merugi. Bahkan terkadang tidak bisa membawa pulang uang karena tidak laku. Ditambah lagi, jika hasil buruh sablon suaminya, juga tidak bisa diandalkan setiap bulannya.

Baca Juga: Astra Motor Yogyakarta Gelar Safety Riding dan Basic Life Support Training

“Boro-boro bayar sekolah, untuk membeli beras saja kadang tidak mampu,” kata Anisa, mengenang.

Pada Tahun 2014, akhirnya mereka memutuskan untuk beralih profesi. Meski hanya modal Rp 200 ribu saat itu, mereka memberanikan diri untuk membuka usaha sablon sendiri. Modal itu mereka kumpulkan dari sisa hasil jualan cilok dan tabungan suaminya sebagai buruh sablon selama beberapa tahun tersebut.

Diakui jika pengalamannya saat bekerja sebagai pedagang cilok dan buruh pabrik di Batam, Riau Tahun 2008 – 2010 lalu, cukup membantunya dalam mengelola usaha barunya ini.

Baca Juga: Beras Picu Inflasi Tahunan Yogyakarta Capai 3,30 Persen

Kecakapannya dalam bergaul dan berkomunikasi dengan semua orang, juga sangat membantu mengenalkan usahanya. Pada awalnya, ia mengenalkan usahanya ke teman-temannya sewaktu di SMA. Hal ini karena banyak temannya yang menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun pegawai kantoran dibeberapa perusahan.

Tidak jarang juga, ia dan suaminya membagi-bagikan secara gratis kaos produksinya bertuliskan “Ipang Production”, kepada beberapa tukang ojek di seputaran Muntilan. Dari beragam cara promosinya inilah, ia mulai sedikit demi sedikit mendapatkan pesanan.

Halaman:

Tags

Terkini