belanja

Relevansi Jadi Kunci Interaksi yang Bermakna, Saat Konsumen Dikepung Promo

Jumat, 14 November 2025 | 07:40 WIB
(Istimewa)


KRjogja.com - JAKARTA – Menjelang akhir tahun, layar ponsel masyarakat Indonesia dibanjiri berbagai penawaran dari flash sale, potongan harga, hingga notifikasi promo di berbagai aplikasi. Di balik euforia belanja ini, banyak konsumen justru merasa kewalahan oleh volume pesan promosi yang datang bersamaan. Tantangan bagi brand kini bukan hanya tampil menonjol, tetapi bagaimana menjadi relevan dan berguna di tengah disrupsi informasi tersebut.

Fenomena ini bukan tanpa data. Laporan NielsenIQ 2024 mencatat bahwa lebih dari 70% konsumen Indonesia menerima pesan promosi dari minimal tiga kanal berbeda selama periode akhir tahun, dan 42% di antaranya mengaku sering mengabaikan pesan karena dirasa tidak relevan. Padahal, di periode yang sama, intensi belanja konsumen meningkat tajam, didorong oleh bonus akhir tahun, liburan, dan dorongan emosional untuk berbelanja bagi diri sendiri maupun keluarga. Artinya, peluang besar sering kali hilang bukan karena kurangnya promosi, tapi karena pesan tidak sampai dengan konteks yang tepat.

Baca Juga: Cegah Longsor Susulan, Talud Jalan Tridadi-Pucungroto Dibangun

“Sebagai konsumen, kita semua ingin merasa dipahami, bukan dibombardir oleh pesan massal. Brand yang memahami kapan dan bagaimana berkomunikasi akan selalu lebih diingat, bahkan tanpa perlu diskon besar-besaran. Keunggulan kompetitif hari ini bukan lagi soal seberapa sering brand berbicara, tetapi seberapa cerdas mereka mendengarkan. Dengan dukungan teknologi komunikasi yang terintegrasi, brand dapat menempatkan setiap pesan dalam konteks yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan,” jelas Rizka Tunnisa, Chief Business Officer Sprint Asia Technology, perusahaan penyedia infrastruktur digital untuk bisnis.

Masalahnya, di tengah banyaknya kanal komunikasi, mulai dari media sosial, email, chat hingga SMS, banyak pesan kehilangan konteks karena tidak tepat sasaran. Konsumen bisa menerima tawaran yang sama berkali-kali, atau malah mendapat promosi yang sudah tidak relevan. Hal ini menurunkan efektivitas campaign sekaligus mengganggu pengalaman pelanggan.

Baca Juga: UIN Ar-Raniry Aceh Dorong Penguatan Peran Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional

Kini banyak brand mulai mengadopsi pendekatan omnichannel communication, yakni strategi yang menyatukan seluruh interaksi pelanggan lintas kanal ke dalam satu alur komunikasi terpadu. Dengan memanfaatkan sistem pengiriman pesan cerdas dan analisis perilaku, brand dapat menyesuaikan waktu, format, dan isi pesan sesuai kebiasaan pengguna. Hasilnya, promosi tidak lagi dianggap gangguan, tetapi hadir sebagai rekomendasi yang relevan dan membantu.

Di tengah dinamika perilaku konsumen yang makin kompleks, kemampuan brand untuk menjaga konsistensi dan relevansi pesan di berbagai kanal menjadi faktor pembeda utama. Tidak cukup hanya hadir di banyak platform, brand juga perlu memastikan bahwa setiap interaksi memiliki konteks yang nyambung dan saling memperkuat. Ketika komunikasi di media sosial, chat, email, dan pesan langsung dapat bekerja selaras, pengalaman pelanggan terasa lebih alami dan berkesinambungan.

Baca Juga: Bumkalma Godean Sido Makmur Kucurkan Bantuan Sosial

“Di era disruptif ini, komunikasi efektif bisa lahir dari keterhubungan berbagai kanal dan kolaborasi antar-teknologi. Setiap kanal punya kekuatan masing-masing, tapi nilai sesungguhnya muncul ketika semuanya saling terhubung dan berbicara dengan satu suara. Di situlah teknologi berperan, bukan untuk menggantikan manusia, tapi untuk memastikan setiap pesan punya konteks, kesinambungan, dan makna,” tutup Rizka.(Ati)

Tags

Terkini

Bakpia Pangeran Jadi Daya Tarik Baru Wisatawan

Rabu, 8 Oktober 2025 | 15:10 WIB

Tawarkan Banyak Update, Berapa Harga iPhone 17?

Minggu, 24 Agustus 2025 | 15:15 WIB

Redmi 15C Tampil Gaya dengan Baterai Juara

Kamis, 21 Agustus 2025 | 14:50 WIB

Belanja Pintar Bukan Sekadar Tren, Gabung ShopeeVIP

Rabu, 20 Agustus 2025 | 08:27 WIB