Tenyata tak hanya di satu kota kerusuhan itu terjadi. Di beberapa kota manusia anjing itu juga bermunculan dan berhasil memprovokasi penduduk untuk melakuan kerusuhan. Hingga kondisi ekonomi Republik Demokratik Zarkozanex makin terpuruk dan Presiden Sarxanto makin tersudut. Tak ada pilihan baginya selain meletakkan jabatan. Padahal dia terpilih secara langsung dan disanjung-sanjung sebagai titisan Dewa. Namun kegagalannya memerintah, membuat kondisi ekonomi terpuruk dan utang menumpuk, membuat rakyat yang semula memuja menjadi mencela.
Presiden Sarxanto mundur digantikan Wakil Presiden Sabrina. Wapres Sabrina diberi mandat untuk sesegera mungkin mengadakan pemilu untuk memilih Presiden baru. Rakyat berpesta, kembali tumbuh harapan akan keadaan yang lebih baik. Masing-masing membanggakan calon yang mereka dukung. Para calon pun menebar janji dan citra yang mempesona.
Hingga akhirnya terpilih Presiden baru, Presiden Amorozo Zabro. Zabro dianggap pemimpin muda yang berisih, hebat dan merakyat. Setelah terpilih dia langsung bergerak mewujudkan janji-janjinya. Termasuk mengusut dalang kerusuhan dan pelaku pemerksoaan serta pembantaian. Maka dibentuklah komisi pelacakan pelaku kejahatan yang disingkat Koplak.
Akan tetapi setelah Koplak bekerja hingga nyaris setahun tanpa lelah mencari data-data dan menelusuri fakta. Tidak berhasil menemukan dalang kerusuhan dan pelaku pemerkosaan. Hingga sekarang kasus ini tenggelam dan terlupakan. Tenggelam oleh beragam kegaduhan politik dan gosip selebriti.
Sampai sekarang tak ada yang menerka kalau anjing yang menjelma jadi manusia adalah pelakunya dan juga tak ada yang sadar apabila manusia-manusia anjing itu dengan segala pencitraan yang dilakukannya kini berhasil membuatnya terpilih menjadi pemimpin-pemimpin di Republik Demokratik Zarkozanex.
Aku tak mungkin dijadikan saksi dan kesaksianku tak bisa jadi alat bukti, karena aku hanya seekor burung manyar yang terjebak di kerusuhan kota.