cerita-lensa

Kesaksian Burung Manyar

Senin, 3 September 2018 | 20:57 WIB

AKU melihat anjing-anjing menjelma jadi orang-orang berwajajah sangar. Mereka bermunculan di penjuru kota, entah dari mana asalnya. Dalam sekejap kota mereka kuasai, menjarah toko-toko dan membakar gedung-gedung. Orang-orang bergelimpangan terbakar menjadi arang. Lolongan anjing terdengar bersahutan dalam kekalutan. Malaikat hanya menyilang tangan di dada sambil berlinang air mata, mulutnya tak berhenti bergetar menyebut nama Tuhan berulang-ulang.

Polisi dan tentara terlihat gamang. Hanya gas air mata yang mereka semprotkan dan tembakan menyalak dimuntahkan ke angkasa. Anjing yang menjelma menjadi manusia tak bisa terlacak, mereka berbaur dengan orang-orang yang tumpahkan amarah di jalan. Manusia anjing berhasil memprovokasi. Meletupkan amarah yang sudah tersimpan dalam diri penduduk kota. Penduduk kota sudah muak dengan pemerintah yang gagal memberantas korupsi, kriminalitas dan ekonomi yang makin memburuk, hingga banyak perusahaan terpuruk.


Aku hanya terdiam sambil bertengger di atas dahan pohon rambutan, yang tumbuh rindang di halaman kantor sebuah partai. Namun seekor manusia anjing berhasil melihatku, matanya nampak nyalang terbakar amarah. Dia langsung mengambil batu dan melempariku berulang-ulang. Untung saja aku bisa menghindar,berlindung dibalik baliho.

Manusia anjing itu tak lagi menyerangku, dia melangkah mengikuti gerombolan manusia anjing lainnya yang berjalan ke pinggiran kota. Aku mengikutinya dengan sembunyi-sembunyi, hinggap dari satu pohon ke pohon yang lain. Mereka memasuki kompleks perumahan dengan membawa pedang dan tongkat besi yang digesekannya ke jalan dan pagar. Semua rumah dimasuki dan diporak-porandakan isinya, temboknya dicoret-coret, mobilnya dibakar. Untung saja penghuninya sudah menghilang menyelamatkan diri entah sembunyi di mana.


Tapi ada satu rumah yang penghuninya sembunyi di dalam. Naas bagi mereka ketika ditemukan. Manusia anjing nampak buas mencabik mereka hingga terkapar dan kebiadaban manusia anjing mereka pertontonkan dengan tawa kemenangan.

Setelah melakukan kekejamannya, manusia anjing dengan pongah berjalan keluar. Tawa liar terdengar, yang perlahan tawa itu terdengar menjadi lolongan. Lolongan anjing yang terdengar bersahutan. Kemudian wujud mereka perlahan berubah, mulutnya maju hingga menjadi moncong dengan mulut lebar dan gigi yang tajam. Kuping yang memanjang dan ekor yang keluar dari pantat. Hingga dalam sekejap mereka kembali menjadi anjing-anjing liar yang ganas. Lantas berlarian berpecar ke segala arah kota.

***

Halaman:

Tags

Terkini

PPM Misi Selamatkan Warga Dari Covid-19

Senin, 5 April 2021 | 08:31 WIB

Rayakultura Terbitkan Antologi Cerpen Cinta Bumi

Rabu, 27 November 2019 | 23:38 WIB

Foto-foto Hari Tanpa Bayangan di Yogyakarta

Sabtu, 13 Oktober 2018 | 23:01 WIB

Kesetiaan Kader

Senin, 3 September 2018 | 21:17 WIB

Kesaksian Burung Manyar

Senin, 3 September 2018 | 20:57 WIB

Argo Senja

Senin, 3 September 2018 | 03:00 WIB

Ini Juara Lomba Foto Mangunan

Rabu, 18 Januari 2017 | 13:12 WIB

Kemeriahan Toegoe Jogja Festival

Minggu, 9 Oktober 2016 | 20:20 WIB

Perjalanan

Minggu, 7 Agustus 2016 | 13:13 WIB