Krjogja.com - JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, membeberkan tantangan dalam membuat arah kebijakan ekonomi makro 2024. Sejak pandemi Covid-19, negara-negara di seluruh dunia menghadapi tantangan dalam mengelola ekonomi.
"Minggu lalu saya dalam pertemuan Menteri Keuangan ASEAN, semuanya saling bertukar catatan bagaimana situasi pandemi mengharuskan seluruh menteri keuangan merespon secara luar biasa dan memiliki implikasi fiskal yang tidak kecil, bahkan sangat signifikan," ungkap Sri Mulyani, dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 yang disiarkan di laman Youtube Bappenas pada Kamis (6/4/2023).
Bahkan salah satu negara tetangga Indonesia, yaitu Brunei Darussalam menyampaikan betapa beratnya tekanan pada fiskal di masa pandemi. Tidak sampai di situ, kondisi geopolitik baru, yaitu perang Rusia Ukraina sejak Februari 2022 juga membebani pemullihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.
[crosslink_1]
"Kita juga melihat konstelasi geopolitik menjadi semakin mengeras antara Amerika Serikat dengan RRT. Kenapa ini penting? karena ini bukan masalah politik maupun militer. Ini menjadi masalah geoeconomy. Konstelasi yang disebut supply chain globalisasi berubah. Sehingga banyak keputusan di level ekonomi dan di level perusahaan sangat dipengaruhi oleh konstelasi ini," bebernya.
Sri Mulyani memaparkan salah satu contoh, yaitu keputusan Inflation Reduction Acts atau IRA oleh AS yang berfokus menurunkan inflasi di negara itu. Namun konten dari legislasi itu untuk melakukan deglobalisasi, mengembalikan semua investasi ke AS sehingga tidak lagi bergantung pada negara ekonomi maju lainnya, yaitu China.
"Dua raksasa ekonomi akan sangat mempengaruhi bagaimana arus modal bergerak, karena tidak lagi ditetapkan oleh insentif ekonomi, namun juga insentif dari keamanan. Dengan situasi ini, maka seluruh perhitungan terhadap ketidakpastian menjadi berubah, geopolitik menjadi dominan," katanya.
[crosslink_2]
Hal itu salah satunya dengan lonjakan harga komoditas yang terimbas perang di Ukraina. Meski Indonesia merupakan salah satu pusat komoditas, naiknya harga batu bara dan gas menimbulkan implikasi.
"Harga cooking oil, CPO kita melonjak karena minyak goreng yang berasal dari biji bunga matahari yang diproduksi di Ukraina hilang atau tidak ada, sehingga permintaan minyak goreng kita melonjak tinggi. Jadi kita bisa lihat bagaimana perang dan geopolitik secara cepat mempengaruhi, dan kadang kadang dampaknya sangat terasa oleh masyarakat," imbuh Menkeu.
Adapun tantangan lainnya yaitu pengetatan moneter yang melambat tetapi suku bunga masih tinggi.
"Ketidakpastian inilah yang harus kita perhitungkan dalam merencanakan apa yang harus kita lakukan bahkan untuk tahun ini yang sedang berjalan juga perencanaan tahun depan," tambah Menkeu.(*)