Andalkan Pariwisata dan Pendidikan, Ekonomi DIY Identik dengan Kerumunan

Photo Author
- Kamis, 31 Maret 2022 | 22:10 WIB

YOGYA, KRJOGJA.com - Pertumbuhan ekonomi DIY didorong dari konsumsi 64,3%, utamanya dari kegiatan ekonomi dan turunannya. Jika aktivitas pariwisata menurun, dapat dipastikan ekonomi DIY akan menurun. Artinya, pertumbuhan ekonomi DIY masih mengandalkan mobilitas masyarakat atau dengan kata lain identik dengan ekonomi Kerumunan. Selain dari kegiatan pariwisata dan turunanya, hal tersebut tercermin dari kegiatan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai sekitar 65% sebelum pandemi Covid-19.

"Jika parkir bus wisata depan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY penuh, dapat digunakan sebagai salah satu indikator ekonomi DIY mulai tumbuh melalui aktivitas pariwisata," ujar Deputi Kepala Perwakilan BI DIY Miyono dalam diskusi terbatas masalah pangan dan inflasi kerjasama BI DIY, ISEI DIY, Kafegama DIY dan SKH Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, Rabu (30/3/2022).

Miyono menyampaikan lonjakan harga pangan global diperkirakan akan ikut terasa sampai ke Indonesia. Mengingat masih terdapat komoditas pangan yang hingga saat ini masih dipenuhi impor. Namun, pengaruh tersebut tidak akan dirasakan sepenuhnya. Kenaikan harga pangan tersebut akan ditransmisikan ke harga domestik terutama yang dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan dari pasokan dalam negeri.

"Peningkatan harga produk global batubara, kedelai, CPO dan sebagainya, berdampak pada harga domestik. Ujungnya, harga sejumlah kebutuhan pokok melonjak. Fenomena ini menjadi sinyal, terjadi transmisi kenaikan harga pangan global terhadap komoditas pangan lokal," kata Kepala Perwakilan BI DIY Budiharto Setyawan.

Budiharto menambahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi global. Di samping itu dipengaruhi kondisi geopolitik, termasuk krisis Rusia dengan Ukraina. Terkait dengan kenaikan harga pangan yang berujung inflasi, BI belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50% sampai Maret 2022.

"Ekonomi Kerumunan yang dimaksud adalah kegiatan pariwisata dan pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi belum segera dapat bergerak masih menerapkan pembelajaran daring. Jika sudah dilakukan secara luring atau hybrid maka dapat mendorong pertumbuhan ekonomi DIY. Jadi Semester Gasal Tahun Akademik 2022/2023 diharapkan kuliah daring dan atau hybrid sudah berjalan masif di DIY," tutur Dekan FEB Didi Achjari.

Ketua Kafegama DIY yang juga merupakan pengusaha hotel dan apartemen, Bogat Agus Riyono sependapat jika ekonomi DIY adalah ekonomi kerumunan. Khusus perhotelan sudah mulai bergerak mulai pertengahan Maret 2022, terutama dari aktivitas MICE. Untuk lebaran 2022, dirinya optimis ada kenaikan pendapatan lebih 200%.

"Aktivitas mahasiswa di DIY menjadi salah satu pelaku ekonomi kerumunan yang penting dalam percepatan pemulihan ekonomi. Konsumsi mahasiswa dilakukan dari pangan, sewa kost, belanja dan sebagainya. Dengan jumlah mahasiswa sekitar 350 ribu, maka konsumsi yang dilakukan mahasiswa secara signifikan untuk memacu ekonomi DIY," jelas Wakil Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Bakti Wibawa.

Sementara itu, Wakil Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta Hari Kusuma menyoroti investasi untuk proyek investasi swasta belum dapat tumbuh cepat. Hal tersebut terkait dengan regulasi yang belum pasti khususnya dengan Omnibus Law. Juga koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal regulasi perizinan belum baik.

"Bangkitnya pariwisata DIY mulai dapat dinikmati pelaku mikro dan kecil pariwisata, tidak hanya dinikmati pelaku ekonomi menengah dan besar saat ini," imbuh Wakil Ketua Umum Kadin DIY Wawan Harmawan.

Wakil Ketua Kafegama DIY Amirullah Setya Hardi menyatakan pada 2022, optimisme bisnis dan ekonomi di DIY tercermin dari indikator ekspor yang meningkat dan menggeliat kegiatan pariwisata serta turunannya. Jika bisnis pengusaha lancar, maka kemampuan pengusaha untuk membayar bunga dan cicilan kredit meningkat. Kemungkinan ekspansi usaha sangat dimungkinan.

"Kondisi persaingan di DIY sangat kondusif dan kompetitif. Kondisi ini harus dipertahankan karena persaingan dapat mendorong harga yang kompetitif yang menguntungkan konsumen. Salah satunya melalui upaya mempertahankan kekhasan dan keunikan pariwisata dan bisnis di DIY seperti angkringan dan lainnya," pungkas Wakil Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta Y. Sri Susilo. (Ira)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

APP dan Gama Multi Group UGM Sediakan Hunian Mahasiswa

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:09 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB
X