Neraca Perdagangan Surplus, Ekspor dan Impor DIY Kembali Naik

Photo Author
- Minggu, 6 Februari 2022 | 13:37 WIB
ilustrasi. (dok tanamduit)
ilustrasi. (dok tanamduit)

YOGYA, KRJOGJA.com - Nilai ekspor DIY November 2021 mencapai USD 55,7 juta atau naik 14,37 persen dibanding ekspor Oktober 2021 dan dibanding November 2020 nilai ekspor naik 63,34 persen. Sedangkan, nilai impor DIY November 2021 mencapai USD 15,0 juta, naik 27,12 persen dibandingkan Oktober 2021 atau turun 14,77 persen dibandingkan November 2020. Neraca perdagangan DIY November 2021 mengalami surplus USD 40,7 juta. Demikian juga kumulatif Januari-November 2021 surplus USD 3.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Sugeng Arianto mengatakan secara kumulatif, nilai ekspor DIY Januari–November 2021 mencapai USD 492,9 juta atau naik 39,55 persen dibanding periode yang sama 2020. Ekspor November 2021 terbesar adalah ke Amerika Serikat (AS) USD 28,8 juta, disusul Australia USD 3,3 juta dan Jepang USD 2,4 juta, dengan kontribusi ketiganya mencapai 61,94 persen.

"Ekspor ke Uni Eropa dan ASEAN masing masing sebesar USD 12,4 juta dan USD 1,0 juta. Peningkatan terbesar ekspor November 2021 terhadap Oktober 2021 terjadi pada pakaian jadi bukan rajutan sebesar USD 3,2 juta atau 20,25 persen. Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada kertas/karton sebesar USD 1,3 juta atau 72,22 persen," paparnya di Yogyakarta, Minggu (6/2/2022).

Menurut Sugeng, ekspor hasil industri pengolahan Januari–November 2021 naik 39,81 persen dibanding periode yang sama tahun 2020. Sedangkan, ekspor hasil pertanian naik 14,29 persen. Sedangkan berdasarkan provinsi pengiriman barang, ekspor DIY terbesar

pada November 2021 dikirim melalui Jawa Tengah (Jateng) senilai USD 33,1 juta atau 59,43 persen, diikuti DKI Jakarta USD 21,3 juta atau 38,24 persen dan Jawa Timur (Jatim) USD 1,3 juta atau 2,33 persen.

" Secara kumulatif, nilai impor Januari-November 2021 mencapai US$139,5 juta atau naik 24,22 persen dibanding periode yang sama 2020. Tiga negara pemasok barang impor terbesar yaitu Hongkong USD 5,3 juta, China USD 4,8 juta dan Taiwan USD 1,4 juta. Tiga negara pemasok barang impor terbesar selama Januari-November 2021 adalah China USD 41,1 juta atau 29,46 persen, Hongkong USD 32,6 juta atau 23,37 persen dan AS USD 14,0 juta atau 10,04 persen," terang Sugeng.

Sugeng menyampaikan tiga besar kelompok komoditas impor November 2021 adalah filamen buatan USD 3,7 Juta, Kain tenunan khusus USD 2,1 juta dan kain ditenun berlapis USD 1,6 juta. Peningkatan impor golongan barang terbesar November 2021 dibandingkan Oktober 2021 adalah kain tenunan khusus USD 1,1 juta atau 110 persen. Sedangkan penurunan terbesar adalah mesin/peralatan listrik USD 0,5 juta atau 62,50 persen.

"Dilihat dari golongan penggunaan barang, nilai impor Januari-November 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan pada barang konsumsi 30,94 persen. Sedangkan peningkatan terjadi pada bahan baku/penolong 33,78 persen dan barang modal 52,94 persen," pungkasnya. (Ira)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

APP dan Gama Multi Group UGM Sediakan Hunian Mahasiswa

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:09 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB
X