YOGYA, KRJOGJA.com - Bank Indonesia (BI) menilai Pemda DIY telah melakukan langkah yang bagus dengan menyusun program-program prioritas dan strategis dalam upaya pemulihan ekonomi di DIY pada 2021 maupun tahun depan. Penanganan pandemi Covid-19 menjadi kunci utama sehingga pelaksanaan vaksinasi menjadi game changer dalam upaya memulihkan perekonomian di DIY yang diprediksi baru bisa tumbuh positif pada triwulan II 2021 mendatang.
"Saya sudah rapat maraton dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemda DIY baik Biro Perekonomian Setda DIY, Dinas Perizinan dan Penanaman Modal (DPPM) DIY, Dinas Pariwisata (Dispar) DIY dan sebagainya. Mereka telah menyiapkan program-program prioritas guna memulihkan perekonomian DIY yang tertekan dampak pandemi Covid-19," kata Deputi Kepala Perwakilan BI DIY Miyono di Yogyakarta, Minggu (28/2/2021).
Miyono menyampaikan pertumbuhan ekonomi di DIY pada 2020 mengalami kontraksi alias minus, sehingga perlu diupayakan berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2021 maupun tahun-tahun berikutnya. Meskipun langkah tersebut sebenarnya sudah dilakukan Pemda DIY, buktinya pertumbuhan ekonomi DIY triwulan IV 2020 sudah bertumbuh positif dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi cukup dalam.
"Jadi kuncinya pemulihan ekonomi di DIY memang dua-duanya harus dilakukan mulai menangani pandemi dan pemulihan ekonominya. Penanganan pandemi Covid-19 ini menjadi kunci, sehingga vaksinasi menjadi game changer pendobrak untuk bisa memulihkan perekonomian baik di daerah maupun nasional," tandasnya.
Pertumbuhan ekonomi secara nasional pada triwulan I 2021 ini, diungkapkan Miyono diprediksikan sudah tumbuh positif sedangkan DIY masih negatif. Pihaknya memprediksikan pertumbuhan ekonomi di DIY baru bisa tumbuh positif pada triwulan II 2021 mendatang dan seterusnya. Sehingga pertumbuhan ekonomi DIY diharapkan sudah tumbuh positif di kisaran 2 persenan sepanjang 2021 (yoy) nantinya.
"Secara makro, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dari pendapatan yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. Mayoritas atau yang paling besar menopang pendapatan di DIY adalah konsumsi dengan pangsa 69 persen selama ini, maka mengembalikan konsumsi menjadi syarat yang harus dilakukan guna mendorong pemulihan ekonomi," jelasnya.
Namun, Miyono menegaskan permasalahanya konsumsi saat ini terkait dengan industri pariwisata dan sektor pendidikan yang belum memulai pembelajaran tatap muka di DIY. Oleh karena itu, OPD terkait salah satunya Dispar DIY mendorong agar segera dilakukan travel corridor bekerjasama dengan provinsi lain.
Langkah tersebut merupakan salah satu upaya guna membangkitkan industri pariwisata di DIY maupun wilayah lainnya. Konsumsi ini ada masyarakat kelas bawah, kelas menengah dan kelas atas. Pemerintah sudah membantu masyarakat kelas bawah berupa bantuan sosial baik uang tunai, sembako dan lain-lain agar daya beli mereka tidak jatuh.
"Sekarang yang harus kita dorong adalah justru konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas, sebab yang mereka banyak ditaruh untuk investasi, deposito dan tabungan maka dana di bank meningkat dengan pertumbuhan dana lebih dari 8 persen di DIY dengan penyaluran kredit yang masih sedikit. Sehingga kita mendorong konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas di DIY, karena merekalah yang mempunyai duit," imbuhnya. (Ira)