YOGYA, KRJOGJA.com - Pertumbuhan ekonomi DIY pada Triwulan III dan Triwulan IV 2020 masih akan turun jauh dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sehingga diperkirakan pertumbuhan ekonomi DIY pada Triwulan III 2020 ini masih akan minus sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Ekonom dari UPN Veteran Yogyakarta Ardito Bhinadi menyampaikan lapangan usaha pertanian dalam arti luas yaitu pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan masih akan bertahan di masa pandemi. Lapangan usaha di bidang kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, produk kesehatan pribadi, retail dan makanan layanan antar tetap akan meningkat hingga Triwulan IV 2020.
"Kebutuhan masyarakat untuk kesehatan, komunikasi, makanan layanan antar masih akan tetap tinggi. Namun demikian, belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi naik signifikan atau pemulihan ekonomi di DIY di masa pandemi Covid-19 ini," tandas Ardito kepada KRJOGJA.com di Yogyakarta, Selasa (13/10/2020) malam.
Ardito menekankan ekonomi DIY ditopang oleh sektor pendidikan dan industri pariwisata selama ini. Kedua sektor tersebut memiliki pengganda ekonomi besar alias multiplier effect untuk menggerakkan perekonomian DIY. Sehingga keduanya harus dibuka secara bertahap, terencana dan terukur supaya tidak berdampak pada semakin meluasnya penyebaran kasus Covid-19 nantinya.
"Perlu direncanakan secara bertahap untuk pembukaan sektor pendidikan dan pariwisata. Datangnya wisatawan dan mahasiswa masuk kembali ke DIY akan mendorong peningkatan konsumsi dan bergeraknya ekonomi lokal lebih tinggi," tuturnya.
Ketua Pusat Studi Ekonomi Keuangan dan Industri Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UPN Veteran Yogyakarta ini menyampaikan pariwisata dapat didorong segera bangkit dengan konsep pariwisata sehat. Kampanye pariwisata sehat di DIY dapat dilakukan melalui influencer media sosial yang diyakini pengaruhnya cukup kuat dibandingkan promosi melalui media konvensional.
"Perlu kerjasama pemerintah daerah dan perguruan tinggi untuk membuka kembali layanan pendidikan tatap muka di kampus secara bertahap. Kerjasama dengan masyarakat pemilik pondokan dan penyedia layanan kebutuhan mahasiswa juga diperlukan untuk jaminan pemenuhan protokol kesehatan," ungkap Ardito.
Menurutnya pendidikan tinggi layak dijadikan uji coba pembukaan sektor pendidikan secara bertahap. Sebab masyarakat kampus dianggap memiliki tingkat pengetahuan dan kesadaran lebih tinggi mengenai pandemi dan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.
"Pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap di DIY ini diharapkan tidak memiliki hubungan negatif dengan krisis kesehatan. Dalam hal ini masyarakat DIY harus lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar Pemda DIY menjadi lebih mantap dan yakin dalam membuka aktivitas ekonomi masyarakat baik pariwisata dan pendidikannya," tegas Ardito.
Kaprodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Bisnis Dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FBE UAJY) dan Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta Y Sri Susilo mengatakan jika perekonomian Triwulan III 2020 tidak rebound atau naik meskipun tetap negatif maka tekanan ekonomi di DIY menjadi lebih kuat.
Kondisi tersebut sudah menjadi peringatan keras, namun setidaknya Pemerintah Pusat sudah mempunyai beberapa program stimulus fiskal, non fiskal, perbankan dan sebagainya yang dikemas dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
"Saya sendiri optimis jika implementasi PEN berjalan cukup optimal dapat mencegah resesi di DIY semakin buruk dan parah. Maka implementasi anggaran PEN harus dioptimalkan kinerjanya. Termasuk pemulihan ekonomi di DIY dengan menggerakan industri pariwisata dan pendidikan secara selektif dan bertahap dengan protokol kesehatan yang ketat," pungkasnya. (Ira)