Krjogja.com - MENENTUKAN Awal bulan suci Ramadan dari zaman Hindhia Belanda hingga saat ini ditetapkan oleh pemerintah. Meski penetapan awal ramadhan oleh pemerintah tetapi ada peran besar dari organisasi keagamaan yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Kedua organisasi itu, menjadi partner dalam penentuan awal Ramadhan, walaupun pemerintah yang mengumumkan melalui Kementerian Agama. Pada masa pemerintah Hindia Belanda penentuan Ramadhan dilakukan oleh hoofdbestuur, atau Perhimpoenan penghoelo dan pegawainya (PPDB).
Metode dalam penentuan awal Ramadhan tetap sama yaitu dengan perhitungan hisab dan rukyat. Sehingga pada saat itu juga terjadi perdebatan mengenai penentuan awal Ramadan. Organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama pada kala itu memiliki lembaga tersendiri dalam menentukan awal Ramadan.
Penentuan awal Ramadhan oleh dua organisasi Islam tersebut diikuti oleh anggota-anggotanya atau umat Islam yang mengikuti organisasi tersebut. Nahdlatul ulama misalnya menyampaikan adanya awal bulan Ramadhan disiarkan pada koran mereka yakni berita Nahdlatul Ulama. Salah satunya yaitu edisi 1 November 1937 yang memuat maklumat awal Ramadan 1356 Hijriyah.
[crosslink_1]
Sementara Muhammadiyah mengumumkan awal puasa melalui media massa yang diterbitkan yaitu Suara Muhammadiyah. Setelah penentuan awal puasa ini keluarga menyambut dengan sikap gempita dengan membunyikan berbagai kepunyaan ada yang menabung bedug di mushola atau masjid, maupun membunyikan petasan.
Tradisi membunyikan pertanda awal Ramadhan juga dilakukan di luar Jawa seperti yang terjadi di Sumatera Utara misalnya dengan tembakan 3 kali meriam sebagai penanda awal puasa. (Osy)