Gunung Slamet, Menjaga Tanah Jawa dengan Mitos dan Misteri (I)

Photo Author
- Minggu, 29 Juni 2025 | 21:50 WIB
Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah aktivitasnya  kadang membuat khawatir.  (Foto : Driyanto/KR dok)
Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah aktivitasnya kadang membuat khawatir. (Foto : Driyanto/KR dok)

KRjogja.com - BANYUMAS - Gunung Slamet, menjulang setinggi sekitar 3.428 meter di atas permukaan laut, membentang di lima wilayah administratif yakni Banyumas, Brebes, Tegal, Purbalingga, dan Pemalang Jawa Tengah. Namun, lebih dari sekadar mahakarya geologi, Slamet menyimpan warisan spiritual dan kisah-kisah mitologis yang tertanam kuat dalam kepercayaan masyarakat sekitar.

Gunung Slamet membentang di tengah bentangan megah Pulau Jawa, berdiri dengan angkuhnya sebuah gunung yang bukan hanya menyandang predikat sebagai yang tertinggi di Jawa Tengah, tetapi juga sebagai salah satu gunung berapi paling aktif dan penuh teka-teki di Indonesia.

Bagaikan raksasa yang tertidur namun berjaga, gunung ini diliputi aura mistis yang tak lekang oleh zaman. Di balik ketenangannya yang tampak, Gunung Slamet dipercayai sebagai lokasi keramat yang dihuni makhluk tak kasat mata serta menjadi titik penting dalam ramalan leluhur Jawa.

Baca Juga: Kasus Korupsi Jalan di Sumut, KPK Buka Peluang Periksa Bobby Nasution

Salah satu ramalan paling menggetarkan adalah dari Prabu Jayabaya, raja legendaris dari Kerajaan Kediri, yang menyebut bahwa apabila Gunung Slamet meletus hebat, maka Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua.

Masyarakat sekitar hidup berdampingan dengan gunung ini tidak hanya dalam konteks geografis, tetapi juga spiritual. Mereka tidak sekadar memandang Slamet sebagai bagian dari alam, melainkan sebagai entitas hidup yang harus dihormati dan dijaga.

Oleh karena itu, upacara-upacara adat seperti ruwatan atau sesaji rutin dilakukan, terutama oleh para pendaki spiritual maupun tokoh adat setempat, sebagai bentuk penghormatan terhadap penunggu Gunung Slamet. Mereka percaya bahwa kawasan puncak gunung ini dijaga oleh makhluk halus yang tidak menyukai kesewenang-wenangan manusia.

Baca Juga: Satu Pekan Bersama Bung Besar di Ruang Literasi Kaliurang, Menghidupkan Kembali Gagasan Revolusioner Sukarno

Konon, suara gamelan sering terdengar di malam-malam tertentu dari puncak gunung, dan kabarnya itu merupakan pertanda bahwa dunia gaib sedang bermusyawarah atau mengadakan perayaan. Tidak sedikit pula kisah pendaki yang tersesat meski sudah berbekal peta dan GPS, bahkan ada yang merasa berjalan dalam lingkaran waktu karena mengganggu ketenangan yang ada.

Kepercayaan ini begitu melekat hingga dalam percakapan sehari-hari pun masyarakat akan menggunakan bahasa halus atau isyarat tertentu saat membahas Slamet, terutama ketika mereka sedang berada dalam jangkauan energi mistisnya.(bersambung)

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Suara Gamelan di Gunung Lawu, Pertanda Apa?

Jumat, 13 Juni 2025 | 12:45 WIB

Cocoklogi Prabowo soal Takdirnya Jadi Presiden ke-8 RI

Minggu, 16 Februari 2025 | 06:50 WIB

Mitos Menyeramkan Tentang Supermoon, Kamu Percaya?

Rabu, 2 Agustus 2023 | 11:50 WIB

Siluman Anjing Muncul Pertanda Pagebluk?

Kamis, 17 Desember 2020 | 22:21 WIB

Turuti Birahi Peri Penunggu Makam, Ini Jadinya..

Rabu, 28 Oktober 2020 | 22:10 WIB

Serem...Disuntik Dokter yang Sudah Meninggal

Rabu, 28 Oktober 2020 | 21:45 WIB
X