TRENGGALEK, KRJOGJA.com - Gubernur DIY yang juga Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk pertama kalinya memberikan pusaka songsong (payung) dan waos (tombak) bernama Wignyamurti kepada Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, dalam Muhibah Budaya Trenggalek di Pendapa Manggala Praja Nugraha Trenggalek, Jawa Timur, Kamis (1/9/2022) malam.
Dengan penyerahan pusaka tersebut diharapkan hubungan DIY dengan Kabupaten Trenggalek semakin erat dan bersinergi bersama membangun bangsa melalui kebudayaan, khususnya dalam merajut ulang dan memajukan budaya Mataram.
Pusaka tersebut diserahkan beserta partisara (sertifikat) penanda pusaka yang bertanggal Kemis Kliwon, 4 Sapar Ehe 1956 bertepatan 1 September 2022. Muhibah Budaya ini diinisiasi Pemda DIY melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dan Kraton Yogyakarta, diisi serangkaian workshop seni dan budaya.
Sultan HB X mengatakan, Muhibah Budaya ini bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi bermakna merajut persahabatan untuk merangkai kembali kesejarahan Mataram. Sebab ada benang merah antara DIY dan Trenggalek dalam khazanah sejarah dan budaya Mataram.
"Inilah yang harus senantiasa kita lestarikan, dimana DIY dan akan tumbuh dan berkembang bersama, dengan sejarah dan budaya sebagai perekatnya. Jadi sudah selayaknya warga Trenggalek berbangga, karena hidup di sebuah wilayah yang penuh dengan histori dan budaya adiluhung," ujarnya.
Sultan menyebut keterikatan sejarah antara DIY dan Trenggalek salah satunya bermula dari Perjanjian Gianti tahun 1755. Trenggalek juga memiliki potensi dan cagar budaya beragam, sejak periode prasejarah dan berlanjut terus sampai periode sesudahnya. Kondisi tersebut sama dengan DIY yang juga memiliki keragaman warisan dan cagar budaya dari periode prasejarah.
"Jelas sudah, Yogyakarta dan Trenggalek menjadi istimewa juga karena esensi budaya. Dan melalui momentum ini, Pemda DIY merasa perlu merajut ulang komitmen memajukan budaya Mataram dengan Trenggalek, untuk menumbuhkan lagi spirit ke-Indonesiaan," tandasnya.
Raja Kraton Yogyakarta menyambut baik inisiatif Pemkab Trenggalek untuk turut 'nguri-uri' budaya Mataram. Sultan pun mendukung penuh kerja sama kedua daerah agar membawa dampak positif dan signifikan khususnya bagi kemajuan Trenggalek.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengungkapkan, muhibah budaya menjadi salah satu wujud kerja sama budaya antara Pemda DIY dan Kabupaten Trenggalek. Pihaknya berharap kebudayaan Mataram bisa terus berkembang dan lestari. Mengingat keterikatan sejarah antara Pemda DIY dan Trenggalek sangat erat, sehingga Muhibah Budaya ini bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi pada merajut persahabatan untuk merangkai kembali kesejarahan Mataram.
Bahkan ia berharap kerja sama budaya tersebut dapat mengilhami terjalinnya kerja sama pada sektor lain di masa mendatang. Misalnya, memaksimalkan pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) agar dapat mengungkit ekonomi dan pariwisata kedua daerah.
Sementara itu saat mendampingi workshop tari tradisional gaya Yogyakarta, Staf Bagian Program Dinas Kebudayaan DIY Putri Mauliana menyatakan, kegiatan ini diikuti 29 peserta terdiri dua tim, yaitu tim putra sebanyak 15 peserta dan tim putri 14 peserta. Peserta merupakan para penari dari beberapa sanggar di Trenggalek.
"Antusiasme peserta sejak awal sudah bagus. Bahkan mereka sangat cepat menyerap ilmu dari para pelatihnya. Jadi ilmu yang baru diperoleh langsung ingin dicoba dan ternyata mereka bisa," ungkapnya. (Ira/Ria)