BANDUNG, KRJogja.com -‎ Pemprov Jawa Barat dan Pemda DIY menggelar Gempitan Budaya (Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya), dengan saling menambilkan keungulan seni dan budaya masing masih. Bahkan menurut Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono, gelaran ini terjadi perpaduan karena terinspirasi dari pertukaran pesona budaya. Hal itu bisa dilihat dari tarian Sunda yang lincah-ceria penuh gairah apabila dikolaborasikan dengan Bedhaya Sapta yang memiliki gerak gemulai . Perbedaan yang muncul justru menjadi unsur perpaduan, untuk mengundang para empu-tari, baik dari ISBI Bandung, maupun ISI Yogyakarta, untuk mencoba melakukan eksperimentasi penciptaan koreografi kreatif dan kolaborasi harmonis tari Sunda-Jawa.
"Memang terasa mudah mengucapkannya tetapi akan menghadapi banyak kendala kultural dalam penciptaannya, agar bisa terbentuk sebuah harmoni seni-tari dari paham-tari yang berbeda. Kurang lebih serupa dengan mewujudkan kohesi-sosial di tengah masyarakat seperti sekarang ini. Tetapi, justru di situlah tantangannya ,"kata Gubernur DIY dalam acara Gempita budaya gelar muhibah pikat amerta Budaya Jawa Barat-Yogya di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (7/12/2021) malam.‎‎
Dalam gelaran Gempita Budaya (Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya) Jawa Barat - Yogyakarta. DIY menampilkan Bedhaya Sapta dan Beksan Menak Kakung Umarmaya - Umarmadi dari Kraton Yogyakarta. Sedangkan dari Jawa Barat menampilkan pertunjukan Saung Angklung Udjo dan Rampak Kendang.‎
‎‎Sultan mengatakan,paling tidak adanya kerjasama 'G to G', diharapkan bisa berkembang secara organis dan berjaringan menjadi 'P to P', antar-elemen masyarakat sendiri. Karena, berdasarkan fakta dan data yang ada, kedua kelompok masyarakat Bandung dan Yogyakarta, memiliki kesamaan talenta, yakni inovasi dan kreativitas.
"Kami harapkan kerjasama ini membangkitkan kreativitas masyarakat dalam berbagai bidang dan profesi untuk lebih mengeratkan jalinan persahabatan bagi para pihak. Untuk kemudian, perkembangannya diharapkan meningkatkan nilai tambah pada potensi masing-masing dan memberikan pencerahan rasa, perlunya persatuan dan kesatuan Indonesia,"ungkap Raja Kraton Yogyakarta tersebut.
Menurut Sultan, ‎peristiwa sejarah yang jarang diketahui, menandakan, momentum Gempita Budaya menjadi tugas sejarah bagi generasi . Salah satu wujudnya, adanya kolaborasi yang meramaikan digitalisasi aksara Sunda-Jawa untuk mendukung program UNESCO tentang mother language. Selain itu, juga dimaksudkan mempromosikan keragaman aksara dalam domain name aksara nusantara. Tentunya upaya bersama itu tidak hanya terdorong oleh niat dedikatif untuk pemasyarakatan bahasa dan aksara Sunda-Jawa yang konstruktif, demi pembentukan watak dan pekerti bangsa. Bahkan, secara konspiratif dalam perspektif persatuan Indonesia, yang nantinya juga akan dikembangkan kerjasama dengan provinsi-provinsi lain.
‎"Diterimanya kami di Gedung Sate, selain bersejarah, juga dinilai sebagai bangunan terbaik di Indonesia oleh kalangan arsitek dunia. Karena, ada sentuhan gaya Eropa yang dipadu-padankan dengan nuansa arsitektur vernakular Nusantara. Harmoni itu terwujud dalam kesatuan desain yang bergaya Renaissance Italia, berjendela Moor Spanyol, yang memiliki menara gedung beratap pura Bali atau pagoda dari Thailand. Ibaratnya menggambarkan harmonisasi hubungan kerjasama antarkedua Provinsi ,"terangnya. ‎‎
Sementara itu Gubernur Jawa Barat (Jabar) Muhammad Ridwan Kamil mengatakan, Indonesia dilihat dari perspektif budaya maka bisa disebut sebagai nusantara. Sebagai himpunan wilayah budaya, jika diwarnai setiap wilayahnya maka akan ada lebih dari 300 warna berbeda yang sangat indah konfigurasinya. Termasuk di dalamnya, wilayah budaya yang ada di Jawa Barat dan DIY. Itulah uniknya Indonesia dengan keragaman budaya sehingga menjadi aset yang harus dijaga dan dilestarikan oleh bangsa Indonesia.
" Jika kita mengacu kepada Undang-undang Pemajuan Kebudayaan No. 5 Tahun 2017 mengamanatkan setiap warga negara berperan aktif dalam pemajuan kebudayaan melalui tindakan atau aktivitas inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, penyelamatan atas sepuluh objek pemajuan kebudayaan. Sepuluh objek pemajuan kebudayaan tersebut terdiri dari tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa dan ritus serta cagar budaya. Oleh karena itu, kebudayaan ini merupakan kebanggaan dan perekat bangsa yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air," papar Emil sapaan akrabnya dalam Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya Jabar-Yogyakarta.
Di era disrupsi teknologi dan pandemi Covid-19 ini, Emil menyatakan adanya agenda Muhibah Budaya Jabar-Yogyakarta diharapkan dapat membantu promosi budaya masing-masing daerah yang mana nantinya akan berdampak pada pemulihan ekonomi khususnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Kegiatan-kegiatan kolaborasi dalam mempromosikan budaya nusantara seperti ini harus terus dilaksanakan agar tidak ada lagi kesalahpahaman yang terjadi.
" Kisah masa lalu, kita jadikan pelajaran agar semakin memperkuat persatuan dan kesatuan kita. Kerjasama antara Jabar dengan Yogyakarta dalam aspek kebudayaan harus menjadi kerja budaya yang saling memberi inspirasi tentang potensi dan kearifan lokal guna menegaskan kenusantaraan Indonesia yang ditakdirkan Tuhan menjadi sebuah bangsa yang kaya warna," tandasnya.
Menurut Emil, kerja sama budaya ini harus dalam perspektif inward looking sebagai kerja budaya dalam memperteguh jati diri bangsa maupun outward looking untuk memberi kontribusi pada kerja budaya membangun peradaban dunia. Kemudian, kaum muda sebagai pelaku budaya yang luas referensinya serta terbuka informasinya adalah andalan setiap bangsa sebab mereka adalah kunci masa depan kebudayaan dan peradaban dunia.
" Oleh karenanya, setiap kita wajib mengenali kebudayaan Indonesia termasuk budaya Sunda dan Jawa yang merupakan kekayaan kita sendiri, milik kita sendiri. Sehingga menjadi filter bagi masuknya budaya asing diantaranya melalui acara muhibah budaya ini. Semoga ini dapat mempromosikan budaya daerah masing-masing sebagai upaya mendorong tumbuhnya kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, serta dapat membangkitkan kembali rasa cinta terhadap budaya nusantara," terangnya. (Ria/Ira)