Atasi ketidakpastian Pasokan dan Harga, Pemerintah Andalkan Kemitraan Closed Loop

Photo Author
- Rabu, 31 Maret 2021 | 09:40 WIB
Yuli Sri Wilanti.
Yuli Sri Wilanti.

TASIKMALAYA, KRJOGJA.com - Sektor Pertanian di tahun 2020 merupakan satu-satunya sektor yang tumbuh positif sebesar 1,75% dengan kontribusi sebesar 13,70% terhadap PDB nasional, terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan (19,88%). Sub sektor hortikultura menunjukkan pertumbuhan tertinggi dibanding komoditas pertanian lainnya, yaitu tumbuh 4,17%, dengan kontribusi sebesar 11,84%. Sedangkan sub sektor tanaman pangan tumbuh 3,54% dan sub sektor perkebunan tumbuh 1,33%.

Di sisi lain, komoditas hortikultura masih sering menghadapi persoalan missmatch antara produksi dan pemasaran yang terjadi karena adanya time lag yang cukup panjang antara waktu penanaman dengan saat produk dikonsumsi. Dengan begitu, petani belum dapat memenuhi keinginan pasar. Akibatnya, baik petani maupun konsumen sering menghadapi ketidakpastian pasokan dan harga.

Untuk mengatasi ketidakpastian tersebut, pemerintah menyelenggarakan acara Penanaman Perdana Program Kemitraan Closed Loop Komoditas Hortikultura di Desa Selaawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Rabu (24/3).

“Pemerintah memastikan akan terus mendukung berbagai inisiatif sinergi dan kolaboratif seperti inklusif closed loop yang melibatkan petani, koperasi, perbankan, hingga off taker diharapkan menjadi lesson-learned bagi petani hortikultura”, ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah Machmud dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonomian Yuli Sri Wilanti.

Acara ini merupakan tindak lanjut arahan Bapak Presiden RI Joko Widodo dalam acara Food Security Summit ke-5 pada tanggal 18 November 2020. Program yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi ini membudidayakan cabai rawit merah sebagai komoditi utama serta budidaya buncis dan sawi putih sebagai komoditi tanaman tumpang sari pada lahan pilot project closed loop seluas 1,3 Ha.

“Pengembangan kemitraan closed loop hortikultura dimaksudkan untuk membangun ekosistem rantai pasok dan rantai nilai dari hulu sampai dengan hilir yang terintegrasi dan bersifat end to end model, di mana petani diajarkan budidaya sesuai good agricultural practices dengan memperhatikan pola tanam, pola panen, penanganan pasca panen hingga distribusi dan pemasaran untuk menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar”, tutur Yuli, sesuai arahan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Program pengembangan kemitraan closed loop ini menjadi program prioritas nasional dan diharapkan menjadi success story yang dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia. Kemenko Perekonomian akan mengoordinasikan melalui integrasi kebijakan, serta memfokuskan upaya meningkatkan program kemitraan petani dalam skala yang lebih besar, dalam lahan yang lebih luas dan melibatkan lebih banyak petani, sebagaimana arahan Presiden bahwa closed loop ini diharapkan mampu melibatkan 2 juta petani swadaya di tahun 2023.

Dalam acara tersebut terdapat penyerahan secara simbolis peralatan sarana dan prasarana pertanian berupa mesin cultivator, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tani, cold storage, bantuan sewa gudang, bantuan distrisbusi, benih, pupuk, pestisida, dan perlindungan tanaman kepada para petani closed loop serta ditutup dengan kegiatan penanaman perdana dan foto bersama. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X