Masyarakat DIY Rasakan Cuaca Panas Beberapa Hari ini, Ternyata Ini Penyebabnya

Photo Author
- Jumat, 26 Maret 2021 | 11:22 WIB
Ilustrasi panas
Ilustrasi panas

YOGYA, KRJOGJA.com - Masyarakat DIY dalam beberapa hari terakhir merasakan cuaca yang cukup panas, lebih panas dari kondisi biasanya. Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Sleman, kondisi ini terjadi karena adanya pusat tekanan rendah tertutup (Eddy)

di Selat Karimata.

”Hal ini menghalangi pasokan uap air yang datang dari Asia, sehingga masa udara yang masuk ke wilayah DIY dari Australia bersifat kering. Akibatnya, dalam beberapa hari terakhir tidak terlihat pertumbuhan awan hujan dan cuaca cerah,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Reny Kraningtyas di kantornya, Kamis (25/3).

Meski demikian, BMKG memastikan wilayah DIY masih masuk musim hujan. Karena pancaroba diperkirakan baru terjadi April 2021 mendatang. Renny mengimbau masyarakat tetap waspada. Cuaca cerah atau panas hanya akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. "Potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi lagi di wilayah DIY dan

sekitarnya," jelas Reny.

Berdasarkan info prakiraan cuaca DIY dalam beberapa hari terakhir, suhu udara berkisar 23-32 derajat Celsius. Untuk kelembaban udara antara 55-95 persen, arah angin ke Barat Daya dengan kecepatan maksimum 30 kilometer perjam.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta menyatakan, BMKG memprediksi musim kemarau 2021 akan mulai terjadi pada April 2021, di 22,8 persen Zona Musim (ZOM) yaitu beberapa zona musim di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa.

"BMKG memprediksi peralihan angin Monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, musim kemarau 2021 diprediksi mulai terjadi pada April 2021," kata Dwikorita.

Menurut Dwikorita, April sampai Mei 2021 merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (masa pancaroba). "Meski sejumlah daerah mulai memasuki musim kemarau namun tidak serentak," ujarnya. Hasil pemantauan terhadap anomali iklim global menunjukkan kondisi La Nina diprediksi masih akan terus berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas yang terus melemah. Sedangkan pemantauan kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) diprediksi netral hingga September 2021.

Dwikorita mengatakan, kedatangan musim kemarau umumnya berkait erat dengan peralihan angin Baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia). "BMKG memprediksi peralihan angin Monsun

akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun

Australia akan mulai aktif," lanjutnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X