SELAMA masa Pandemi Covid-19 berbagai industri dan ekinomi mengalami keterpurukan, termasuk industri batik. Guna memulihkan dan membangkitkan industri batik di Indonesia, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, Jumat (2/10) malam, meluncurkan 'Kuklik Batik' sebagai Sentra Pasar Digital Batik.
Selain peluncuran Kuklik Batik, pada malam itu juga diadakan pembentangan perdana kain Batik Garuda Nusantara (BGN) sepanjang 74 meter tanpa sambungan di Taman Purbakala Museum Nasional. Batik tersebut karya Maestro Pembatik Indonesia Nur Cahyo dari Pekalongan beraama 90 pembatik terbaik dari sejumlah daerah. Acara yang diadakan secara virtual juga diisi dengan pentas harfa oleh Maya Hasan dan Maestro Tari Eko Suprianto.
Menlu Retno Marsudi mengakui bahwa masa pandemi Covid-19 berpengaruh pada keterpurukan industri batik baik kecik maupun menegah. "Permintaan batik menyusut. Banyak pengrajin berhenti bekerja, banyak workshop ditutup," ujar Retno.
Menghadapi situasi ini, kata Menlu, semua pihak harus bahu membahu dan mengambil peran masing-masing untuk menyelamatkan industri batik. "Menurut data terakhir tahun 2019 terdapat 47.000 unit usaha batik dab lebih 200 ribu pekerja," katanya.
Dikatakan, Kementerian Luar Negeri telah meminta kepada seluruh perwakilan RI di luar negeri untuk membeli batik," tambahnya.
Sementara itu, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa batik warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui pemaknaan simbol, warna dan corak kehidupan. "Warisan ini merupakan kreatifitas spiritualitas masyarakat Indonesia yang tidak lekang oleh waktu. Sudah sepatutnya kita menjaga warisan budaya," ujarnya.
Acara pembentangan batik dan peluncuran Kuklik Batik diinisiasi oleh Yayasan Tjanting Batik Nusantarsa yang diketuai Sandra Hutabarat. Dijelaskan, total waktu jam kerja yang dibutuhkan untuk pengerjaan Kain BGN 216.000 jam dari seluruh pembatik. Proses pembatikan menggunakan ratusan kilogram malam (wax) dan 3000 canting. Adapun motif Kain BGN dimulai dengan motif Garuda (Gurdo), diselingi dengan motif tradisional batik lainnya yaitu Parang, Truntum, Sido Mukti dan Sekar Jagad
Sandra mengatakan, setelah memakan waktu lebih dari 1 tahun, dengan dukungan dari masyarakat maka pihaknya telah dapat menyelesaikan proses pembatikan Kain BGN pada 25 September 2020.
Pada 1 Agustus 2019, bertepatan dengan peringatan 10 tahun setelah diberikannya pengakuan internasional UNESCO kepada Batik dan perayaan HUT kemerdekaan RI ke-74 yang lalu, Yayasan TBN telah menginisiasi pembuatan kain batik sepanjang 74 meter tanpa sambungan. Saat itu, bertempat di stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, telah lahir Kain BGN yang ditandai dengan ditorehkannya pencantingan untuk pertama kalinya oleh Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo.
"Kain ini diberi nama oleh Pak Joko Widodo sebagai Kain Batik Garuda Nusantara, karena kain ini diawali dengan motif Gurdo yang berarti Garuda, yang merepresentasikan simbol Garuda Pancasila sebagai dasar NKRI," ujarnya. (Cdr)