RI Dorong Inovasi Biohidrocarbon untuk Konsumsi Dalam Negeri

Photo Author
- Kamis, 10 September 2020 | 21:00 WIB
IMG-20200910-WA0008
IMG-20200910-WA0008

JAKARTA, KRJOGJA.com -

lndonesia berkomitmen kuat mendorong inovasi bahan bakar nabati biohidrocarbon sebagai solusi pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan bakar dalam negeri.

Demikian  Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro saat memberikan paparan dalam Webinar The Development of Biofuels Indonesia Brazil: "Lesson Learned from The Development of Brazilian Bioethanol Based Biofuel" pada Rabu (09/09) malam.

Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) melalui Deputi Bidang Penguatan Inovasi bekerjasama dengan Kedutaan Besar Brasil untuk Indonesia .

Keberhasilan Pertamina dan ITB mengujicoba produksi _green diesel_ D100 dari _Refined Bleached Deodorized Palm Oil_ (RBDPO) kelapa sawit berkapasitas 1.000 barel perhari di Kilang Pertamina Dumai telah memberi secercah harapan akan bangkitnya kemandirian energi terbarukan di Indonesia. Hal ini diprediksi bahan bakar nabati berbasis sawit akan menjadikan perekonomian Indonesia bergerak lebih cepat untuk pemulihan ekonomi mengingat sektor energi memiliki peranan yang penting dan strategis bagi perekonomian nasional.

“Indonesia perlu untuk berubah terhadap ketergantungan akan bahan bakar fosil menjadi pada bahan bakar terbarukan. Kita perlu meningkatkan kapasitas bahan bakar terbarukan dalam energi campuran sekitar 23% di tahun 2025 dan harapannya dapat mencapai 31% pada tahun 2050,” ujar Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro .

Pemerintah Indonesia berkomitmen kuat mendorong inovasi bahan bakar nabati biohidrocarbon sebagai solusi pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan bakar dalam negeri yang sejak 2014 mencapai 1,790,000 barrel per hari. Selain bahan bakar biohidrocarbon berbasis sawit akan berperan dalam substitusi impor, bahan bakar ini juga memberi peluang pemberdayaan korporatisasi petani sawit rakyat dalam industrialisasi IVO (bahan baku biohidrocarbon) dan kilang-kilang bahan bakar biohidrocarbon stand alone kecil terintegrasi dengan kebun sawit yang tentunya hal ini akan meningkatkan kesejahteraan hidup para petani rakyat. Bahan bakar nabati biohidrocarbon berbasis sawit merupakan komoditas sumber daya alam terbarukan di Indonesia yang potensi jumlahnya berlimpah.

“Hari ini Indonesia dikenal sebagai negara terbesar penghasil dan pengekspor kelapa sawit, bersaing dengan Malaysia. Namun permainan sudah berubah, kita tidak boleh hanya sekedar ekspor maka diperlukan adanya penambahan nilai dari hasil produksi kelapa sawit,” tambah Menteri Bambang.

Sebagai informasi karakteristik _green diesel_ D100 sama sekali berbeda dengan biodiesel yang ada di pasaran saat ini yang dikenal dengan istilah B20 atau B30. _Green diesel_ D100 diproduksi dari bahan baku 100% RBDPO yang diolah menggunakan Katalis Merah Putih hasil pengembangan ITB dan Pertamina menghasilkan _biohidrocarbon_ beroktan sangat tinggi dengan karakteristik fisika dan kimia sama persis dengan solar yang diproduksi dari bahan bakar fosil. Sehingga penggunaan bahan bakar _green diesel_ D100 pada kendaraan tidak akan menurunkan kinerja mesin atau menuntut dilakukan modifikasi tertentu pada mesin sebagaimana yang terjadi pada kendaraan-kendaraan yang diberi asupan biodiesel B30 yang berbasis FAME.

Dengan keberhasilan Indonesia menguji coba produksi _green diesel_ D100 skala industri selanjutnya Indonesia akan mengambil pelajaran dari keberhasilan Brasil yang telah terlebih dulu mengimplementasikan tebu menjadi bahan bakar nabati berproduksi dalam skala komersial. Keberhasilan Brasil dalam mengimplementasikan kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati berbasis tebu. Khususnya keberhasilan didalam pengaturan kebijakan penentuan harga Tebu-Gula-Etanol, yang akan diadaptasi oleh Indonesia ke dalam kebijakan regulasi penentuan harga Sawit-Minyak Sawit _(Industrial Vegetable Oil)_-Bahan Bakar _Biohidrocarbon_ serta pemberian dukungan riset dan pengembangan DNA sawit unggul berkelanjutan.

“Kesempatan yang luar biasa untuk bisa saling bertukar pengalaman dalam sektor pengolahan bahan bakar nabati yang nantinya akan dapat memberi keuntungan kedua negara. Tebu saat ini merupakan bahan baku energi yang sangat penting di Brasil di bawah minyak bumi. Tebu dapat menghasilkan etanol untuk menggantikan 46% pemakaian bensin di Brazil,” terang Duta Besar Brasil H.E. Jose Amir da Costa Dornelles. (ati)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X