YOGYA, KRJogja.com - Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir memanfaatkan hari Idul Fitri, Minggu (24/5) dengan menyapa mereka para pejuang garis depan yang menangani covid-19. Selain petugas medis yakni dokter dan perawat, Haedar juga menyapa pasien covid-19 yang sembuh juga warga yang 'tertahan' di mancanegara.
Mereka yang disapa dari RSI Cempaka Putih Jakarta, RS Siti Khadijah Sidoarjo, RS PKU Muhammadiyah Palangkaraya, RS PKU Muhammadiyah Palembang dan lainnya. Dalam sapaan daring tersebut Haedar memberikan apresiasi tinggi terhadap dokter dan perawat, yang berjuang penuh mempertaruhkan jiwa sehinggan bisa disebut melakukan jihad fisabilillah. Karena dokter dan perawat menjadi yang pertama bertemu menangani pasien. Dan para dokter dan perawat mengakui, yang menyulitkan mereka di awal pandemi, adalah banyak pasien atau keluarga yang belum bisa menerima kondisinya.
Dokter Dimas Kurnia dari RSI Cempaka Putih menyebutkan, sempat merasa khawatir karena peningkatan pasien dan juga ketidakjujuran. Menangani pertama 13 Maret dan hingga kini RSI sudah menangani pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 216 pasien. Diakui, tenaga medis juga manusia yang merasa ada rasa khawatir . Tantangannya sama, pada awal masih banyak yang menolak ketiak terdeteksi PDP atau positif korona.
"Kini, walau Indonesia Terserah, tapi kami tidak pernah menyerah," ungkap perawat RS PKU Muhammadiyah Siti Khadijah Sidoarjo Lina Melati.
Apalagi tambahnya, mengingat pasien di Jawa Timur ini bertambah setiap hari dan bed juga terus bertambah. "Saat ini sekitar 90 perawat terlibat dalam penanganan covid-19," tambahnya. Sedang dokter RS Siti Khadijah Sri Widianingsih juga menyebutkan sejak Maret telah merawat 298 pasien. Hari Idul Fitri ini menurutnya menangani 95 pasien.
Haedar cukup detail menyapa dokter atau perawat. Tidak hanya kondisi ketersediaan APD, infrastuktur rumahsakit hingga sumberdaya dokter dan perawat. Namun Haedar juga menelisik bagaimana hubungan keluarga, bagaimana keluarga bahkan perasaan pasien ketika terpapar dan lainnya.
Haedar dalam sapaannya juga mengingatkan bila wabah ini harus menjadi pelajaran bagi semua. Bukan hanya rumahsakit dengan dokter dan perawat namun menurut Haedar juga harus menjadi pelajaran bagi masyarakat agar melakukan ikhtiar meski ada Yang Maha Menyembuhkan.
“Dokter, perawat ada di garda terdepan dalam menangani covid-19. Sekaligus juga benteng terakhir. Kalau ini jebol, ya semuanya jebol,†tandasnya.
Karenanya Haedar juga berpesan agar semua pihak mengikuti protocol Kesehatan yang sudah ditetapkan. “Ini yang utama. Ketika sudah normal objektif secara keseluruhan, tetap juga jangan abai,†sebutnya. Karena itulah Muhammadiyah tidak menggunakan kategori zona merah, hijau, kuning dan oranye. Namun akan selalu mengingatkan agar semua lebih waspada, semua tetap seksama, tidak boleh lalai juga tidak boleh ngawur.
“Persoalan berdama atau menolak covid-19, hanya masalah terminology. Yang penting masalah ini harus ditangani sungguh-sungguh, tidak boleh lengah, tidak boleh abaikan sesuatu agar kelak tidak menjadi masalah hanya karena atasnama damai. Semua kembali pada kejujuran dalam menanganinya,†tandas Ketua Umum PP Muhammadiyah. (Fsy)