Profesor Menari di ‘Tingalan Wiyosan Dalem’ Paku Alam X, Ternyata ini Maknanya

Photo Author
- Jumat, 13 Maret 2020 | 15:41 WIB
Paku Alam mendapat ucapan selamat dari para profesor yang membawakan Beksan Pitutur Jati (FX Harminanto)
Paku Alam mendapat ucapan selamat dari para profesor yang membawakan Beksan Pitutur Jati (FX Harminanto)

YOGYA, KRJOGJA.com - KGPAA Paku Alam X, Adipati Kadipaten Pakualaman memperingati Tingalan-Wiyosan Dalem (ulang tahun) ke-59, Jumat (13/3/2020). Menariknya, dalam perayaan kali ini profesor-profesor seni turut mangayubagyo dengan menarikan tarian penuh makna, Beksan Pitutur Jati yang diciptakan pada masa Paku Alam IX (1999-2015).

Beksan Pitutur dibawakan oleh tujuh penari yang terdiri dari tiga penari putra dan empat putri. Prof Dr Y Sumandiyo Hadi dari ISI Yogyakarta, Prof Dr I Wayan Dana dari ISI Yogyakarta, Prof Dr Djazuli dari Unnes Semarang, Prof Dr Sri Rochana Widyastutieningrum dari ISI Surakarta, Prof Dr Nanik Sri Prihatini dari ISI Surakarta, Prof Dr Indah Susilowati dari Undip Semarang, Prof Dr Ir Erni Setyowati dari Undip Semarang turut tampil membawakan tari tersebut dengan sangat luar biasa.

Sekretaris Panitia Tingalan-Wiyosan Dalem KMT Sestrodiprojo mengatakan ada makna mendalam dari Beksan Pitutur Jati yang dibawakan pada perayaan pagi tadi di Pura Pakualaman. Pitutur memiliki makna ajaran atau nasihat sementara Jati dapat dimaknai sebagai ajaran tentang kesungguhan hati, sikap dan perilaku.

“Inti dari Beksan Pitutur Jati adalah pemberian nasihat kepada generasi muda untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai luhur kebaikan, kesahajaan, tata krama dan kerendahatian yang diajarkan leluhur supaya tidak kehilangan arah dalam menjalani kehidupan. Tarian ini menggambarkan kerukunan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dan sikap saling menghormati yang dipresentasikan oleh adanya penari laki laki dan perempuan menari beriringan satu sama lain,” ungkapnya pada wartawan.

Penghageng Kawedanan Hageng Kasentanan Kadipaten Pakualaman, KPH Tjondrokusumo menambahkan dalam acara kali ini Pura Pakualaman juga membuat apem yang memiliki makna simbolis permohonan maaf pada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu dibuat pula Kupat Sidalungguh yang memiliki makna simbol bertahtanya Paku Alam X. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X