JAKARTA, KRJOGJA.com - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan tahun depan kementerian yang dipimpinnya akan membangun sistem pangkalan data (database) nasional dari seluruh kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (litbangjirap) inovasi.
Hal ini agar inovasi yang muncul dari salah satu lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) atau perguruan tinggi dapat didukung oleh LPNK dan perguruan tinggi lainnya dan tidak ada dua inovasi yang serupa lahir dari dua LPNK atau perguruan tinggi.
"Pertama yang harus dibuat adalah 'database'. Salah satu tugas utama BRIN adalah membuat 'database' mengenai kegiatan litbangjirap di Indonesia supaya terhindar yang namanya duplikasi," ungkap Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro setelah turut bersama Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza memberikan plakat dan medali kepada para penerima BPPT Innovator Awards di Auditorium B.J. Habibie Gedung II BPPT, Jakarta.
Menristek/Kepala BRIN mengamati inovasi-inovasi yang diciptakan LPNK dan perguruan tinggi masih ada yang serupa, sehingga perlu ada pangkalan data litbangjirap yang dapat menunjukkan kegiatan litbangjirap mana yang serupa di antara para LPNK dan perguruan tinggi.
"Dengan 'database' tersebut kita bisa mendorong sinergi. Selama ini mungkin BPPT belum tahu apa yang dikembangkan universitas. Universitas kadang-kadang tidak tahu BPPT sedang mengembangkan sesuatu. BPPT kadang-kadang tidak tahu LIPI sedang mengembangkan sesuatu jadi untuk mendorong komunikasi, paling penting database itu," ungkap Bambang Brodjonegoro.
Dengan 'database' tersebut, kegiatan litbangjirap yang serupa dapat digabung atau disinergikan sehingga dana dan usaha yang diberikan mampu menghasilkan inovasi yang lebih baik ketimbang apabila inovasi tersebut dikerjakan sendiri-sendiri oleh masing-masing LPNK atau perguruan tinggi.
"Nanti produk yang dilahirkan benar-benar produk unggul. Tidak lagi produk versi lembaga A dan versi lembaga B yang kelihatannya sama, meskipun pasti ada perbedaannya. Kita ingin bukan versi lembaga A dan versi lembaga B yang keluar, tapi benar-benar produk terbaik dari sinergi lembaga A dan lembaga B tadi," ungkap Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro.