• Jumat, 22 September 2023

BOB Tekankan Pola Perjalanan Wisata sebagai Produk Jadi

- Jumat, 16 Agustus 2019 | 13:00 WIB
Divisi Komunikasi Publik Badan Otorita Borobudur (BOB) Yusuf Hartanto (kiri) dan Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BOB Bisma Jatmika (kanan) saat talk show di sebuh stasiun r
Divisi Komunikasi Publik Badan Otorita Borobudur (BOB) Yusuf Hartanto (kiri) dan Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BOB Bisma Jatmika (kanan) saat talk show di sebuh stasiun r

SLEMAN, KRJOGJA.com - Potensi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah (Jateng) dan sekitarnya sangatlah besar. Guna memaksimalkan potensi tersebut, Badan Otorita Borobudur (BOB) menilai sangat penting untuk memiliki travel pattern yang pasti dan sudah menjadi produk.

"Kita butuh travel pattern yang sudah jadi produk. Enggak sekadar di sini ada atraksi alam dan budaya, tetapu harus jadi produk yang dijual ke wisatawan menjadi satu hal yang bisa dinikmati oleh mereka," kata Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan BOB Bisma Jatmika dalam rilis yang diterima KRjogja.com, Jumat (16/8/2019).

Bisma Jatmika mengungkapkan portofolio pariwisata di DIY dan Jateng masih perlu diperbaiki. Diperlukan sebuah travel pattern atau pola perjalanan wisata yang jelas. Melihat pentingnya hal tersebut, BOB gencar berkoordinasi dengan banyak pemangku kepentingan. BOB ingin mengupayakan pola perjalanan wisata yang siap untuk dinikmati wisatawan.

Ia mencontohkan kesiapan destinasi kelas dunia telah memiliki pola perjalanan wisata yang telah menjadi produk. Bahkan, wisatawan memiliki banyak pilihan travel pattern sesuai jangka waktu yang mereka inginkan mulai dari enam jam, lima hari, hingga 20 hari. "DIY dan Jawa Tengah bagaimana? Potensi ada, tetapi belum dibentuk," kata dia.

BOB bersama dengan pelaku pariwisata, industri pariwisata, travel agent dan hotel perlu menangkap peluang tersebut dan mempertimbangkannya sehingga bisa memberikan alternatif dalam wisata. "Di DIY dan Jateng length of stay [lama tinggal] wisatawan 1,5 hari sampai dua hari. Kami percaya jumlah wisatawan datang dengan length of stay panjang akan berdampak ke ekonomi lebih tinggi karena mereka spending di sini," terang dia.

Bisma memaparkan turis yang dimaksud di sini yakni wisatawan mancanegara (wisman). Fokus kepada wisman lantaran merekalah sumber devisa  yang bisa menyeimbangkan kondisi makro yakni terhadap neraca perdagangan. "Ini juga bisa untuk memperbaiki situasi rupiah terhadap dolar, salah satunya itu. Pak Presiden juga bilang leading sector adalah pariwisata menjadi salah satu yang didorong," terang dia. (*)

Editor: agung

Tags

Terkini

BRI Life Sosialisasikan Pola Hidup Sehat

Jumat, 22 September 2023 | 21:31 WIB

Kemendikbud Kembangkan BIPA di Mesir

Jumat, 22 September 2023 | 18:40 WIB

Menkominfo Sebut TikTok Sudah Punya Izin E-Commerce

Jumat, 22 September 2023 | 17:45 WIB

Kerugian Kebakaran Bromo Mencapai Rp 5,4 M

Jumat, 22 September 2023 | 13:19 WIB

Prajurit Yonif Raider 200/BN Cegah Stunting Anak Walesi

Jumat, 22 September 2023 | 12:10 WIB

Petani Kopi Yagara Dapat Pendampingan Babinsa Wamena

Jumat, 22 September 2023 | 11:10 WIB

Perdamaian Jadi Esensi Politik Pertahanan Indonesia

Jumat, 22 September 2023 | 07:52 WIB

Menkominfo Ajak Operator Seluler Perangi Judi Online

Jumat, 22 September 2023 | 01:45 WIB

Karbon Bisa Mencemari Air Tanah

Kamis, 21 September 2023 | 23:20 WIB
X