JAKARTA, KRJOGJA.com -Â Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ali Ghufron Mukti di Jakarta, Jumat (3/5 2019) menjelaskan perguruan tinggi memikirkan daya serap lulusan.Â
"Selama ini, perguruan tinggi banyak fokus pada input dan proses, seperti pembelajaran, maupun kurikulum. Tetapi sedikit yang memikirkan lulusan, setelah lulus ke mana ini lulusan," ujar Dirjen SDID Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti.
Dia menjelaskan justru banyak sumber daya manusia yang benar-benar diperlukan, namun tidak diproduksi oleh perguruan tinggi. Contohnya dengan adanya Revolusi Industri 4.0 banyak perusahaan yang menjadi unicorn (perusahaan rintisan yang memiliki kapitalisasi di atas satu miliar dolar AS), akan tetapi sumber daya manusia (SDM) yang menguasai 'big data analytic' ataupun komputasi awal sangat sedikit. "Program-program studi itu malah baru ada di sejumlah kampus seperti Institut Pertanian Bogor (IPB)." Tegasnya.
Kondisi itu, kata Ali Ghufron berbanding terbalik dengan lulusan di bidang pendidikan, yang dalam setahun perguruan tinggi bisa memproduksi hingga 250.000 lulusan. Sementara yang terserap hanya 20 persen. Karena itu, Ali Gufron Mukti meminta agar perguruan tinggi memikirkan daya serap lulusan. Tidak hanya sekedar membuka program studi yang sedang ramai, tetapi yang dibutuhkan pada masa yang akan datang.
"Kami sudah susun rencana induknya hingga 2024. Dengan rencana induk ini juga membantu orang tua dalam memilih jurusan yang memang lulusannya dibutuhkan dalam beberapa tahun ke depan," terang Ghufron. (Ati)