JAKARTA, KRJOGJA.com - Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal memproyeksikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik pada 2019 mendatang. Proyeksi kenaikan harga BBM tersebut seiring dengan minimnya alokasi anggaran subsidi energi dalam APBN 2019.
"Kami tidak berharap naik, tapi itu sudah tercermin dari APBN 2019. Logikanya, kalau mau mempertahankan harga bbm saja, subsidinya bukan tetap. Tetapi, harus naik. Karena, harga minyak trennya naik. Kalau dia (subsidi) turun, itu berarti mencerminkan kenaikan," ujarnya.
Sekadar mengingatkan, pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI sebelumnya sepakat nilai subsidi energi pada 2019 sebesar Rp157,7 triliun. Hingga Oktober 2018, realisasi belanja subsidi energi telah mencapai Rp117,4 triliun atau melonjak 77,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Menurut Faisal, kenaikan harga BBM nanti dapat dirasakan setelah tahun politik berakhir atau pasca pemilihan presiden. Sebab, risiko politik dari kenaikan harga BBM ini sudah tidak ada bagi pengambil kebijakan.
Namun, ia mengingatkan kenaikan harga BBM akan menjadi kendala bagi pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun depan. Di sisi lain, potensi kenaikan harga BBM dapat mempengaruhi sektor manufaktur, terutama terhadap biaya produksi. (*)