MI-MTS-SMAI Nurul Hijrah Tunggu Dermawan Pembangunan

Photo Author
- Senin, 8 Oktober 2018 | 06:11 WIB

SEKOLAH ini sebagai penyelamat warga Sambelia Kabupaten Lombok Timur, terutama dari keluarga yang tidak mampu. Menyelamatkan anak-anak dari putus sekolah, menyelamatkan orang tua yang ingin  anaknya tetap bersekolah, meski ekonomi mereka berada pada garis kemiskinan.

Sekolah ini terdiri dari tiga tingkatan, yakni  Madrasah  Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan SMA dan dibawah asuhan Pondok Pesantren Nurul Hijrah NW Sugian, Sambelia, Lombok Timur. Mereka mendidik 300 siswa, yang umumnya dari golongan orang tua tidak mampu.

Meski banyak sekolah negeri, banyak orang tua yang menginginkan anaknya menempuh pendidikan pada sekolah berbasis agama. Walaupun sekolah tersebut, dikelola yayasan atau swasta. “Karena ada pendidikan agama ini yang membuat anak-anak mereka disekolahkan,” ungkap Pemimpin Pondok Pesantren Nurul Hijrah NW Sugian, Ustadz H Ali Ramdhani kepada KR

.

Dengan  bersekolah, maka mereka bisa meredam niat orang tua untuk menikahkan anaknya di usia dini. Jika mereka tidak bersekolah, maka anak-anak tidak ada yang dikerjakan, tidak ada cita-cita yang lebih tinggi, maka  akan mendorong mereka menikah, meski usianya masih muda sekali. Maklum saja daerah di Sambelia daerah kering, dengan masyarakatnya banyak yang tidak mampu.

Namun ketika mereka dididik di sekolah ini, justru berkembang. Ternyata banyak siswa yang meraih prestasi di berbagai lomba. “Anak-anak kami, punya potensi,” ujar Ali sambil menunjukan deretan piala yang berserakan karena terkena gempa dan belum disusun kembali.

Sadar hanya untuk membantu mereka yang tidak mampu, siswa dan ortu tidak dikenakan uang gedung saat masuk pertama kali. Sedangkan biaya sekolah (SPP) hanya Rp 20 ribu per bulan. Untuk seragam, dibelikan sekolah. 

Namun nasib belajar siswa potensial dari keluarga tidak mampu ini kini berada di awang-awang. Bangunan sekolah mereka terdampak gempa. Terdapat 9 kelas yang mengalami rusak berat yang kemudian membuat siswa harus belajar di tenda darurat. Selain panas, belajar di bawah tenda, juga proses belajar mengajar menjadi tidak nyaman.

Pihak pengelola, tidak bisa berbuat banyak untuk membangunkan kembali, karena ketiadaan dana. Sementara pihak pemerintah, hanya membangunkan kembali sekolah negeri saja. 

“Kemarin ada aparat dengan alat berat mendatangi kami, menanyakan apakah sekolah ini kami rubuhkan, karena sudah tidak layak dipakai lagi. Kami minta jangan dulu, karena belum ada siapa yang akan membangunkan kembali. Karena kalau dirobohkan, maka kondisi sekolah darurat akan panas sekali sementara yang mau membangunkan belum jelas,” ungkap salah satu staf guru, Lalu Hardi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X