Kemenristekdikti Siapkan 250 Sarjana Menjadi Doktor

Photo Author
- Selasa, 4 Juli 2017 | 13:30 WIB

JAKARTA, KRJOGJA.com - Indonesia masih kekurangan jumlah dosen, itu sebabnya Kemenristekdikti atau Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sedang menyeleksi 2.773 sarjana untuk mendapatkan 250 penerima beasiswa Pendidikan Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU). Beasiswa tersebut untuk sarjana lulusan 2015-2017 dengan IPK minimal 3,25 dan belum melebihi usia 23 tahun. Peserta yang lulus seleksi akan dikuliahkan di sebelas perguruan tinggi negeri nasional.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristektikti Ali Ghufron Mukti mengatakan, penerima beasiswa PMDSU akan menjalani kuliah pascasarjana (S2) selama 1 tahun dan menjadi doktor (S3) dalam kurun 3 tahun. Selain memperoleh biaya pendidikan dan hidup, setiap peserta PMDSU juga akan mendapatkan dana sebesar Rp 60 juta/tahun untuk biaya penelitian.

"Kami menyediakan peluang beasiswa fast track. Beasiswa PMDSU ini mempertemukan para sarjana unggul dengan para promotor yaitu akademisi dalam negeri yang memiliki reputasi keilmuan internasional. Diutamakan untuk jurusan sains dan teknologi,” ujar Ghufron.

Ia mengatakan, beasiswa PMDSU merupakan program istimewa yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan jumlah dosen hingga 2021. Peserta beasiswa tersebut akan diampu 186 promotor berpengalaman seperti dari Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Menurut dia, saat ini, perguruan tinggi nasional masih kekurangan sekitar 12.000 dosen. “Kami juga menyediakan skema beasiswa lainnya untuk dosen dan tenaga kependidikan,” katanya.

Ia menuturkan, selama perkuliahan, peserta PMDSU akan banyak berinteraksi dan melakukan penelitian bersama dengan ilmuwan dalam dan luar negeri. Dengan demikian, lulusan PMDSU diharapkan sudah sangat siap menjadi ilmuwan muda yang andal dalam menghadapi persaingan global. “Tapi juga mengerti tentang kondisi akar rumput tanah air,” ujarnya.

Sebagai mahasiswa unggul, peserta PMDSU wajib membuat dua jurnal internasional dalam setahun. Hal tersebut dilakukan untuk mendongkrak jumlah hasil penelitian asal Indonesia di tingkat ASEAN yang tahun lalu berada di peringkat keempat di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Ghufron menuturkan, hingga akhir 2016, jumlah jurnal internasional Indonesia sebanyak 9.000 jurnal. (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X