Atraksi Hebat Dorong Wisata di NAD

Photo Author
- Jumat, 24 Juni 2016 | 23:43 WIB

ACEH (KRjogja.com) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) memiliki potensi alam yang indah termasuk aneka atraksi yang bisa mendatangkan turis lokal apalagi mancanegara.

Menurut Menpar rumus pengembangan destinasi itu 3A, atraksi, akses dan amenitas. Soal atraksi, Aceh punya banyak keunggulan, baik alam, bahari, maupun kuliner. "Tinggal akses dan amenitas yang harus terus didorong berkembang. Tetapi atraksi yang hebat, sudah menjadi modal yang kuat untuk memajukan pariwisata," kata Menpar.

Aceh, kata Menpar, tergolong aktif mempromosikan daerah wisata alam dan kulinernya. Selain itu, menggelar banyak event yang memperkuat pamornya sehingga bersama Lombok dan Sumatera Barat diposisikan sebagai halal destination dan halal tourism. Karena itu, beberapa objek wisata yang layak dikunjungi diantaranya  Monumen Kilometer Nol RI Sabang yang merupakan penanda geografis yang unik di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan perannya sebagai simbol perekat Nusantara dari Sabang di Aceh sampai Merauke di Papua.

"Tugu ini bukan saja menjadi penanda ujung terjauh bagian barat di Indonesia tetapi juga menjadi objek wisata sejarah bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Ada juga Pantai Iboih juga sering disebut dengan Teupin Layeu merupakan pantai paling barat di Indonesia. Letak pantai ini berada di tepi barat Pulau Weh, Provinsi Aceh," ungkap Menpar.

Menpar menambahkan peristiwa (bencana alam) tsunami yang terjadi beberapa tahun lalu tidak meninggalkan duka berkepanjangan. Sebab, dibangun Museum Tsunami Banda Aceh yang bisa dikunjungi, sekaligus sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Termasuk PLTD Apung Banda Aceh. Kapal berbobot 2.600 ton ini sebelumnya berada di laut yang jauhnya sekitar 5 kilometer dari tempat berdirinya sekarang (Punge Blang Cut, Jaya Baru, Kota Banda Aceh). Pada tahun 2004, kapal ini terseret 4-5 km ke daratan akibat gempa bumi dan gelombang tsunami setinggi 9 meter. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh tetap menjadi ikon propinsi di ujung barat Indoneia ini.

"Masjid Raya Baiturrahman dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H/1612 M. Masjid Raya Baiturrahman memiliki lembaran sejarah tersendiri yang mempunyai nilai tinggi bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai sekarang masih berdiri megah dan berfungsi sebagai tempat beribadah serta pusat acara keagamaan serta menjadi destinasi wisata religi berteduh bagi warga dan wisatawan." (*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X