Krjogja.com Jakarta - Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID FOOD Dirgayuza Setiawan, mengatakan Indonesa perlu melakukan impor sapi perah sekitar 2 - 2,5 juta ekor untuk mewujudkan program susu gratis yang diusung calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
ID FOOD mencatat, untuk saat ini sapi perah di Indonesia baru ada 400 ribu ekor. Artinya, diperlukan jumlah yang banyak guna menghasilkan susu untuk memenuhi program tersebut.
"Saat ini kita punya 400 ribuan sapi perah produktif di Indonesia. Kalau kita mau memenuhi kebutuhan nasional kita, kita perlu meningkatkan jumlah populasinya empat kali lipat ke 1,2 juta, itu belum memperhitungkan tambahan kebutuhan program susu gratis. Kalau semua proteinnya benar dari susu, maka kita butuh sekitar 2-2,5 juta sapi perah aktif," kata Dirgayuza dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2024.
Berdasarkan catatannya, Indonesia hingga kini masih ketergantungan 80 persen susu impor, bahkan nilainya mencapai USD 1,4 miliar. Alhasil, komoditas tersebut menjadi salah satu penyumbang impor terbesar, dengan mayoritas impor dalam bentuk susu bubuk (powder milk).
Namun, ia mengaku belum tahu arah kebijakan Pemerintahan selanjutnya mengenai program susu gratis tersebut. Namun, ia berharap Pemerintahan baru nanti tidak terus menerus melakukan impor komoditas, termasuk susu.
"Saya belum tahu nanti kebijakan presiden baru akan seperti apa, tapi kita yakin beliau dan timnya tidak akan membiarkan kita terus-menerus melakukan importasi," ujarnya.
Sejauh ini kata Dirgayuza, sudah terlihat langkah dari Pemerintah dalam menekan impor susu, salah satunya dibuktikan dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang beberapa kali ke Baladna Food Industries, Qatar guna mengajak kerja sama di industri susu dalam bentuk investasi produksi, pengolahan dan pemasaran.
Dia menuturkan, Indonesia bisa banyak belajar dari Qatar dan India, dimana kedua negara tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan susu dalam negerinya.
"Program susu gratis tidak hanya di India atau Brazil, tapi di Thailand sudah menjalankan, Filipina sudah menjalankan, Malaysia untuk kelompok tertentu sudah menjalankan. Jadi ini bukan program yang ujuk-ujuk diusulkan Pak Prabowo-Gibran. Bahkan PBB melalui UN WFP sudah mendeklarasikan tahun 2030 harusnya seluruh dunia menerapkan program makan siang dan susu gratis," pungkasnya. (*)
Pukul 19 : 2lima
Waspada, Anak Rentan Terserang DBD di Musim Hujan
Krjogja.com Jakarta Musim Hujan memicu kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.
Menurut epidemiolog Dicky Budiman, musim penghujan memperluas tempat perkembangbiakan nyamuk penyebar dengue. Pasalnya, hujan menyisakan genangan air di berbagai titik.
“Saat ini memang musim penghujan dan biasanya pada musim penghujan kasus demam berdarah bisa meningkat. Bisa dua, tiga, bahkan lima kali lipat dari biasanya. Terutama disebabkan karena jumlah atau sebaran genangan air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk jadi lebih banyak dan lebih merata,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, dikutip Jumat (1/3/2024).
Dicky menambahkan, kenaikan kasus dengue biasanya semakin terdeteksi ketika kasusnya menimpa banyak anak.