Krjogja.com Jakarta - Ahli gizi kesehatan masyarakat UI Sandra Fikawati , dalam konferensi pers, Rabu (25/9), mengenai hasil studi yang dilakukan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA), Yayasan Edufarmers, dan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia mengatakan program makanan bergizi dapat memperbaiki gizi buruk pada anak.
Hasil penelitian dilakukan terhadap 1.000 anak sekolah dasar, taman kanak-kanak, dan balita dengan memberikan makanan bergizi di 5 kota pada Mei-Juni 2024. Sebelum program dimulai, masih terdapai 9,7% dari total 1.143 anak yang mengalami gizi buruk, ditandai dari berat badan dan tinggi badan yang tidak sesuai umur. "Secara keseluruhan, jumlah anak dengan status gizi buruk berkurang 2,8% setelah program. Angka ini sudah sangat bagus," ujar Fika.
Qnak-anak tersebut mendapatkan makanan bergizi yang telah diukur kecukupan gizinya selama enam pekan. Menu makanan bervariasi, dengan sebagian besar mendapatkan susu dalam menunya. "Berdasarkan audit sisa makanan, siswa tampak menerima variasi makanan dalam menu. Sayuran paling banyak disisakan, tetapi susu dan buah paling banyak dihabiskan," kata Fika.
Baca Juga: Menparekraf: Indonesia Punya Potensi Besar Keuangan Ekonomi syariah
Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani masih relatif rendah, kecuali telur. Sebanyak 63% siswa juga tidak terbiasa membawa bekal. Ia pun menilai, program makanan bergizi dapat menjadi solusi perbaikan gizi pada anak.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Corporate Affairs JAPFA Rachmat Indrajaya mengatakan, konsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju dan beberapa negara ASEAN. Ia pun menilai program makanan bergizi dapat mendorong peningkatan konsumsi protein di Indonesia, terutama jika dilakukan bersamaa dengan edukasi.
"Konsumsi ayam di Indonesia memang sangat rendah. Jika dibandingkan dengan malaysia saja, kalah jauh," ujar Rachmat.
Baca Juga: Melindungi data pribadi dari serangan siber
Menurut dia, program makan bergizi yang dijalankan selama 6 pekan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang tua bahwa anak membutuhkan protein hewani dalam tumbuh kembang.
Ia juga berharap program ini dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait. "Tentunya kami mendukung dan terbuka untuk berkolaborasi lebih lanjut dalam penyediaan protein hewani guna meningkatkn kualitas generasi muda Indonesia,” kata dia.
Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR) I Dewa Made Agung mengungkapkan pentingnya kolaborasi multi stakeholder dalam mendukung keberhasilan program makan bergizi Ia juga menekankan pentingnya edukasi mengenai menu dan konsumsi makanan bergizi, serta pengelolaan food waste perlu diberikan kepada anak dan orang tua.
Baca Juga: Sri Mulyani: Transisi energi jadi strategi ekonomi jangka panjang
“Studi percontohan yang dilakukan oleh JAPFA dan PKGK UI dapat menjadi referensi penting untuk implementasi program makan bergizi di sekolah-sekolah," ujar dia.
Dari studi ini, menuut dia, dapat dilihat penyusunan rentang biaya yang perlu disesuaikan dengan daerahnya. Selain itu, menurut dia, perlu memastikan bahwa produsen menghasilkan bahan makanan yang berkualitas dan terjamin keamanan pangannya, serta higienitas dalam proses produksi untuk hasil yang optimal. "Seperti daging ayam yang berasal dari rumah potong ayam yang memenuhi standar dan memiliki sertifikat NKV,” ujar Dewa. (Ati)