CSR Tower Bersama jadi Care Taker Batik melalui Rumah Batik Pekalongan

Photo Author
- Jumat, 12 September 2025 | 17:33 WIB
 Kegiatan Rumah Batik TBIG Pekalongan   (ISTIMEWA)
Kegiatan Rumah Batik TBIG Pekalongan (ISTIMEWA)


Jakarta-Rumah Batik TBIG merupakan tanggung jawab sosial perusahaan Tower Bersama Infrastructure Group dalam program Corporate Social Responsibility (CSR). Hadir di Kota Pekalongan , Rumah Batik menjadi salah satu dari empat pilar yang meliputi Bangun Sehat Bersama (Kesehatan), Bangun Budaya Bersama (Budaya, termasuk pelestarian batik melalui Rumah Batik TBIG), Bangun Belajar Bersama (Pendidikan), Bangun Hijau Bersama (Lingkungan).

Head of CSR Department Tower Bersama Group, Fahmi Sutan Alatas mengatakan saat ini masyarakat bisa melihat dari produk-produk program dan inisiatif CSR yang dijalankan banyak perusahaan lebih dalam tapi ini tidak terlepas dari kontribusi si perusahaannya dalam menjalankan kegiatan CSR.

"Kami membangun dan memperbaiki siasat sebagaimana peran CSR. Saya mencari kapan mulai CSR itu muncul dalam teks akademik akhirnya saya mendapatkan milestones,"kata Fahmi (8/9/25) dalam kegiatan zoom mentoring Journalism Fellowship on Corporate (JFC) Batch II.

Baca Juga: Bupati Klaten Ajak Ratusan Ojol Bersama-sama Jaga Wilayah

Ia melanjutkan masyarakat diberi pelatihan membatik sekaligus dukungan finansial agar bisa berkembang secara mandiri. Di Rumah Batik TBIG, pelatihan tak hanya mengajarkan teknik tradisional membatik, tetapi juga keterampilan desain dan pengembangan produk yang modern.

"Mereka dibekali keahlian agar bisa bekerja maupun membuka usaha sendiri. Program pelatihan ini dirancang singkat tapi berdampak, dengan durasi kurang dari satu tahun. Sehingga mereka memahami regulasi yang ada"tambahnya.


CSR Sangat Kompleks dan Butuh Berbagai Pendekatan


Fahmi menuturkan CSR sangat kompleks dan membutuhkan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu. Melibatkan sosiologi, antropologi dan juga komunikasi.

"Banyak juga praktisi komunikasi di sektor korporasi ini tidak bisa membedakan antara tindakan komunikasi dengan tindakan komunikatif. Kami mencoba lebih berhati-hati dalam mengkomunikasikan CSR dengan membuat distingsi. Kalau kita bikin press rilis itu mungkin tindakan komunikasi tapi sebuah tindakan komunikatif itu adalah membangun kesepahaman bersama,"tambah dia.

Lebih lanjut, para praktisi CSR di korporasi itu kebanyakan lebih berfokus kepada KPI dan ini tidak bisa menyelesaikan masalah sosisal dengan CSR mereka. Hal itu membutuhkan peran media dalam menggaungkan praktik baik CSR.

"Karena media itu sangat berperan dalam pembentukan memori kolektif. Jadi bayangkan kalau sesuatu yang salah itu kita reproduksi maka itu bisa menjadi sebuah kebenaran, itu bahaya. Kita juga mencoba hati-hati dalam memformulasikan inisiatif dan program,"katanya.(*3)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X