KRjogja.com - YOGYA – Banjir dan longsor hebat yang melanda sejumlah wilayah di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat pada penghujung November 2025 tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga merusak habitat satwa liar. Di antaranya, bangkai Gajah Sumatera ditemukan terbenam di antara tumpukan kayu dan lumpur hasil banjir, sebuah gambaran nyata dampak lingkungan dari tragedi tersebut.
Menurut laporan, habitat alami gajah, termasuk kawasan hutan hulu dan jalur migrasi, telah banyak tergerus oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, pertambangan, pembuatan jalan, dan perladangan. Alih fungsi lahan ini menyebabkan fragmentasi habitat, mempersempit ruang hidup satwa, dan meningkatkan risiko konflik antara manusia dan satwa ketika bencana alam terjadi.
Prof. Raden Wisnu Nurcahyo, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, menilai bahwa hilangnya habitat alami akibat ulah manusia membuat flora dan fauna juga menjadi korban dari bencana alam. “Jadi, hilangnya habitat karena ulah manusia itu dengan sendirinya juga, flora dan faunanya juga ikut menjadi korban,” tegasnya, dikutip dari laman resmi UGM, Senin (2/12/2025).
Ia menyatakan bahwa alih fungsi lahan, terutama menjadi perkebunan sawit, menjadi pembunuh utama bagi satwa seperti gajah. Perubahan tersebut tidak hanya menghancurkan habitat, tapi juga membuat jalur hidup satwa terputus, memaksa mereka memasuki pemukiman penduduk, sehingga risiko kematian akibat bencana maupun konflik dengan manusia meningkat drastis.
Baca Juga: PSIM Libur hingga 8 Desember, Van Gastel Pilih Liburan di Indonesia
Tak lupa, menurut pakar UGM tersebut , solusi tidak bisa hanya bersifat ad hoc atau respons bencana. Diperlukan upaya jangka panjang, yakni perlindungan habitat, rehabilitasi ekosistem, penataan ruang berbasis mitigasi bencana dan konservasi, serta peningkatan kesadaran sosial akan pentingnya menjaga lingkungan serta satwa liar.
“Nah ini yang harus diingat, kita harus berbagi ruang antara satwa liar dan flora. Jadi harus berbagi ruang, kalau enggak nanti akan menjadikan malapetaka-malapetaka selanjutnya,” tutupnya. (*)