nasional

Persatukan Trah Mataram, Kerajaan di Yogyakarta-Solo Tampilkan Tarian Bedaya di Acara ‘Catur Sagatra’

Jumat, 22 Juli 2022 | 21:39 WIB
Para penari Kraton Yogyakarta membawakan tarian Bedhaya Mintaraga (Harminanto)

YOGYA, KRJOGJA.com - Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menggelar Gelar Budaya yaitu Pergelaran Catur Sagatra pada Jumat, 22 Juli 2022. Catur Sagatra merupakan konsep pertalian trah Mataram Islam antara Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Pakualaman dan Pura Mangkunegaran.

Awal diselenggarakan perhelatan rutin  budaya adiluhung ini, berawal dari gagasan dari 4 raja Jawa, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sri Paduka  Paku Alam VIII, Sri Susuhunan Pakuwono XII dan Sri Mangkunegara VIII. Hingga saat ini Pergelaran Catur Sagatra menjadi kegiatan rutin yang diadakan setiap tahunnya.

Dalam kegiatan Gelar Budaya menampilkan tarian adiluhung dari masing-masing Kraton di mana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menampilkan tarian Bedhaya Mintaraga, Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menampilkan tarian Bedhaya Ratu, Pura Pakualaman membawakan tarian Bedhaya Wasita Nrangsemu serta Pura Mangkunegaran membawakan tarian Bedhaya Ladrang Mangungkung.

Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan pergelaran Catur Sagatra menjadi momentum membahagiakan karena bisa menyaksikan tarian kebudayaan masa silam yang merepresentasikan adiluhungnyq budaya Mataram. Sultan menilai, tarian yang menjadi bagian dari kebudayaan bisa digunakan sebagai rekonsiliasi budaya, bersatunya lagi trah Mataram di era masa kini.

“Catur Sagatra memiliki lambang dua naga yang menghadap barat dan timur, namun ekornya bergabung menjadi satu. Catur Sagatra adalah konsep kosmologi Jawa yang mana masing-masing punya fungsi tersendiri namun dalam kesatuan gatra yang saling melengkapi,” ungkap Sultan.

Saat ini menurut dia menjadi momen tepat untuk bersatunya lagi trah Mataram dengan semangat kebersamaan untuk bersinergi budaya unggul yang dimiliki. Melalui tarian ini, Sultan berharap akan muncul hal-hal baik, seperti sejatinya proses penciptaan sebuah tari bedaya.

“Sejatinya, apa yang dimiliki trah PB, trah HB, trah PA dan MN memiliki kekhasan tersendiri. Seni tari klasik bedaya ini memiliki magis dan filosofis, dengan nilai adiluhung disertai laku spiritual yang sakral. Ada perspektif cipta rasa dan karsa, sebagai warisan yang harus dilestarikan dan diagungkan, juga dikembangkan hingga mendekati adiluhung,” lanjut Sultan lagi.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, mengatakan masing-masing tarian yang dibawakan merupakan tarian yang sangat istimewa dan sarat makna, seperti halnya Tarian Bedhaya Mintaraga yang akan ditampilkan oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan tari yang diilhami dari serat Lenggahing Harjuna yang ditulis langsung oleh Sri Sultan HB X.

Ditambahkan Dian, kegiatan ini sangat penting untuk pelestarian warisan budaya termasuk didalamnya upaya mengenalkan khasanah budaya di Yogyakarta dan Surakarta secara luas pada masyarakat. Dalam kegiatan gelar budaya ini selain sebagai pusat pengembangan budaya, empat Kraton dinasti Mataram di Yogyakarta dan Surakarta terus menjaga dan melestarikan budaya yang diwariskan leluhur.

“Biasanya Catur Sagatra dilaksanakan di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Dan saat pergelaran diadakan di Bangsal Kepatihan. Hal ini sangat strategis dan tepat mengenalkan warisan budaya berupa seni tari yang harus dilestarikan oleh semua pihak,” tutup Dian. (Fxh)

Tags

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB