BOGOR (KRJogja.com) – Sesuai perkembangan di era revolusi industri 4.0, Indonesia juga sudah mempersiapkan untuk memasuki era industri 5.0. Industri 4.0 menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi. Pada era ini, industri mulai menyentuh dunia virtual, membentuk konektivitas antar manusia, mesin dan data, yang dikenal dengan nama internet of things (IoT).
Guru Besar IPB Prof Hadi S Alikodra mengemukakan hal tersebut ketika menyampaikan pandangan mengapa diselenggarakannya diskusi intensif atau diskusi terfokus (focus group discussion/FGD) dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. FGD dengan topik ‘Capacity Building Generasi Milenial Era Industri 4.0 Lingkungan Hidup dan Kehutanan bagi Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan’ dibuka Sekjen KLHK Dr Bambang Hendroyono. Menghadirkan narasumber lain di antaranya Dr Sugeng Budiharsono dengan pemaparan tentang ‘Revolusi Industri 1.0 – 5.0 dan Kohor Generasi’.
Hadi Alikodra mengemukakan, komitmen pemerintah Indonesia pun baru ditunjukan dengan diluncurkannya kebijakan "Making Indonesia 4.0" oleh Presiden Joko Widodo, awal April tiga tahun silam. “Sesuai misi KLHK, maka kebijakan ini harus segera ditindak lanjuti sambil mengarah ke era industri 5.0, dengan cara menyiapkan capacity building generasi milenial, di bidang lingkungan hidup dan kehutanan,†tandas Guru Besar IPB tersebut.
Disebutkan, leadership generasi milenial yang baik adalah ditunjukan oleh terpilihnya orang-orang yang cerdas, kuat, mampu dan memiliki kapasitas yang bagus. Menjadi syarat untuk bisa membimbing dan mengarahkan anggota kelompoknya. Tujuannya adalah bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan dengan menerapkan cara-cara yang baik dan sehat.
“Untuk mencapai sasaran ini perlu direncanakan program capacity building secara tepat pada kondisi era industri 4.0 sambil mempersiapkan era industri 5.0. Salah satu strateginya adalah membangun etika ekosofi bagi terbentuknya leadership yang jujur, menjaga keseimbangan, menghargai hak hidup semua makhluk dan memuliakan segala ciptaan Allah,†tambahnya.
Narasumber lain Sugeng Budiharsono mengemukakan, berdasarkan sensus penduduk 2020, struktur penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi-Z (27,94%) yang merupakan penduduk Indonesia yang lahir antara 1997- 2012. Sementara Generasi-Y atau kaum milenial yang terlahir antara tahun 1981-1996 pada urutan ke-2 (25,87%). “Justru capacity building saat ini yang utama diarahkan pada Gen-Z. Mereka akan berada pada usia 33-48 tahun saat Indonesia 100 tahun merdeka, tahun 2045. Generasi yang paling produktif saat itu,†tandasnya.
Selanjutnya tanggapan disampaikan dari Tim Diskusi Ekowisata, antara lain Dr. Aca Sugandhy, Aria Nagasastra Ak MM MBA MPhil dan Prof. Hadi Susilo Arifin. Menurut Hadi Susilo, bahwa pembangunan kapasitas bagi pelaku wisata ke depan perlu diprioritaskan pada Gen-Z. “Pemahaman manajemen kolaboratif harus mampu dilaksanakan secara transdisplin dari beragam stakeholders melalui sinergi penta-helix,†ujar Hadi Susilo Arifin yang juga Kaprodi Magister Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB.
Kordinator mata kuliah Kebijakan dan Pengelolaan Wisata Agro-Eko-Kultural INI menekankan elemen kunci untuk keberlanjutan sumberdaya alam agar kegiatan wisata berkelanjutan adalah pemahaman yang kuat terhadap kompleksitas daya dukung dan penghitungannya. Sedangkan untuk sumberdaya manusia adalah pentingnya pemahaman peningkatan hospitality masyarakat pelaku wisata.
“Dicontohkan, kemampuan hospitality masyarakat Bali dan Yogyakarta yang menjadi destinasi utama wisata. Hal ini tetap berlaku meski dilakukan pada virtual tourism di saat ini atau beyond pandemy Covid-19,†tambah Hadi Susilo.(Fsy)
.