Yang penting, ungkap Suhardi, pihaknya bisa mengidentifikasi, meng-cluster-kan, masuk kelompok mana dan seberapa jauh mereka terpapar ideologi radikal. Dari situ, BNPT akan bisa membuat treatment yang tepat.
“Bagaimana kita memberikan obat, kalau kita tidak tahu mendiagonasa penyakitkan. Mudah-udahan kita bisa membuat konsep yang pas, sebelum presiden membuat keputusan politik,†tutur Suhardi.
Dari informasi yang didapat, dalam kamp pengungsian di Suriah, terdapat lebih dari 120 warga Indonesia yang terdiri dari perempuan dan anak-anak. Suhardi memastikan, sejauh ini BNPT belum bisa mengklasifikasikan mereka. Rencananya Satgas FTF BNPT akan terus melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait masalah ini.
“Yang pasti penanganan masalah ini jangan sampai menimbulkan polemik, apalagi banyak kerawanan yang harus kita pertimbangkan,†tukas mantan Kabareskrim Polri ini.
Pun terkait proses pengadilan yang dijalani para simpatisan ISIS itu, Suhardi menjelaskan, pihaknya lebih suka mereka diadili di Suriah.
“Berani berbuat berani bertanggungjawab. Kalau diproses di sini pasti bermasalah juga, tapi mereka tetap harus bertanggungjawab, terutama dari segi hukum,†tandas mantan Sestama Lemhanas ini.(*)