YOGYA, KRJOGJA.com - 5 September 1929, sebuah tim yang kemudian dikenal dengan nama Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) resmi dilahirkan bertempat di Yogyakarta. Sejarah panjang pun ditorehkan tim tersebut dengan puncak menjuarai Divisi I (setara Liga 2) tahun 2005 lalu, tepat setahun sebelum gempa Jogja melanda.Â
Baca Juga:Â Suporter PSIM Legowo Tak Bisa Saksikan Timnya Berlaga
Berbagai pahit getir dilalui tim berjuluk Laskar Mataram selama berkiprah di kancah sepakbola nasional. Nyaris degradasi hingga hampir promosi Super Liga (setara Liga 1) namun dikalahkan saat playoff sudah dirasakan tim berkostum identik biru-biru batik ini.Â
Hari ini, Rabu (5/9/2018) PSIM tepat berusia 89 tahun. Tepat di hari ini pula Laskar Mataram akan menjamu tim PSBS Biak di lanjutan kompetisi Liga 2 grup timur 2018.Â
Ironisnya, di laga yang seharusnya jadi perayaan besar nyatanya harus dilalui secara khidmat. Seluruh pecinta PSIM yang ingin merayakan ‘ibadah’ ke stadion terpaksa rela menatap layar ponsel hanya untuk menyaksikan laga secara streaming internet.Â
Baca Juga:Â PSIM Terpaksa Bermain Tanpa Penonton di SSA
Gelegar saat penggawa mencetak gol tidak akan bisa terasa, meski mungkin pembelaan yang mencinta, tetap di hati akan membahana di jagat sosial media. Stadion Sultan Agung (SSA) hanya akan sepi sore nanti, teriakan pemain meminta bola akan kita dengar sayup-sayup tanpa nyanyian Aku Yakin Dengan Kamu di akhir laga yang menyatukan semua.Â
Kekerasan yang dilakukan beberapa oknum dan telah ditangkap polisi nyatanya masih berbekas nyata bagi PSIM. Ulah mereka tidak bertanggungjawab dan imbasnya dirasakan tim, PSIM yang begitu dibangga-banggakan, tim dengan lambang Tugu di dada.Â