Prestasi itu langsung mendatangkan kabar baik bagi Rio. Guru sekaligus pelatih Rio, Pak Kadir, mengenalkannya kepada Sekretasi Jenderal PB PASI Tigor Tanjung. “Nih ada atlet punya postur bagus, tinggi, tapi tidak terlalu cepat,†ujar Kadir. “Ah gampang itu bisa dilatih. Ya sudah, bulan sepuluh masuk ya. Bawa dia ke Jakarta,†jawab Tigor.Â
Terhitung mulai awal 2010, nama Rio Maholtra resmi berada di bawah naungan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI). Namun rasa bahagia itu belum lengkap, mengingat keinginannya untuk jadi tentara belum juga padam.Â
Mimpi itu terwujud dua tahun setelahnya. Tepatnya pada kejuaraan PON di Riau, Rio sanggup memenuhi target naik podium. Sesaat setelah melewati garis finish, ia dihampiri oleh seseorang dengan seragam khas tentara. “Tadi juara ya dek?†tanya orang itu kepada Rio. “Iya pak,†jawab Rio dengan nafas yang masih tersengal,“. "Mau masuk tentara?,†tanya seorang pria yang ternyata adalah seorang tentara dengan pangkat Kolonel yang bernama Hamzah. Tawaran itulah yang akhirnya mengantarkan Rio meraih cita-citanya sebagai tentara hingga sekarang yang menjadi seorang Paspampres. Â
Kini, Rio sedang fokus menatap Asian Games 2018. Ia mengaku sudah siap secara fisik dan mental. “Latihan secara fisik sudah dilakukan maksimal, terus secara mental saya sudah siap, teknik latihan juga sudah cukup bagus masuk 90 persen. Kalau harapan saya pribadi ingin perbaiki catatan rekor nasional. Terus secara umum sama seperti atlet yang lain, saya ingin raih medali emas,†kata Rio dengan penuh semangat. (*)