YOGYA, KRJOGJA.com - Dua pemanah berbeda kelompok, Istiardi (putra) dan Sukarsih (putri) masing-masing sukses menuntaskan ambisinya untuk menjuarai Lomba Jemparingan Mataraman Tingkat Nasional II-2018. Bertanding di Stadion Kridosono, Yogya, Minggu (11/2/2018) Istiardi asal Yogya dinobatkan sebagai juara umum, setelah mengakumulasi total poin terbanyak 13. Ia sekaligus mengungguli peringkat II Boma LA (Yogya) dan peringkat III Santoso LA (Yogya) yang mengemas total poin 9 dan 8. Â
Sementara di bagian putri, Sukarsih asal Kulonprogo juga berhasil memenuhi mimpinya dengan menyabet juara umum, setelah mengantongi total poin 5, sekaligus mengatasi dua pesaingnya yang menduduki posisi II Yayuk Agustinawati Sleman nilai (4) dan Khusnul Lutfi MN Yogya (4). Dengan juara umum tersebut, Istiardi dan Sukarsih berhak membawa pulang trofi bergilir Paku Alam X, trofi tetap dan uang pembinaan dari panitia penyelenggara. Event yang diikuti sebanyak 655 pemanah dari berbagai daerah di Indonesia plus pelajar tersebut digelar dalam rangka Peringatan 212 tahun Hadeging Nagari Kadipaten Pakualaman Yogyakarta. Â
Ketua panitia penyelengara KRT Radyowisroyo kepada KRJOGJA.com di sela acara menjelaskan, lomba Jemparingan Tingkat nasional yang kedua ini melibatkan 655 pemanah. Terdiri 571 pemanah umum, 475 putra dan 96 putri dari 41 klub penahan yang ada di Jawa, yaitu tuan rumah DIY, Solo, Klaten, Semarang, Karanganyar, Cirebon, Bandung, Magetan, Madura, Bali, Kalimantan dan daerah lain.
"Selain peserta umum yang meliputi 571 peserta, juga ada peserta pelajar yang sifatnya eksibisi dari DIY sebanyak 84 peserta,"Â sambung Radyowisroyo.
Menurutnya, animo peserta yang mengikuti event Jemparingan tahun kedua ini, cukup meningkat ketimbang penyelenggaraan tahun 2017 lalu yang hanya diikuti sebanyak 350 pemanah. "Lomba Jemparingan (panahan) ini, berbeda dengan lomba panahan tradisional yang biasanya digelar di tingkat kejurnas. Lomba Jemparingan ini peserta harus
mengenakan busana Jawa, peserta membidik sasaran sambil duduk dengan sasaran bandulan berjarak sekitar 30-35 meter. Yang jelas, lomba jemparingan ini kita adakan sambil berolahraga juga melestarikan dan nguri-uri kebudayaan jawa yang mana pemanahnya dalam membidik sasaran memakai busana Jawa. Sedangkan untuk panahan tradisional yang biasa
digelar di kejurnas peserta membidik sasaran (target) sambil berdiri," ujar Radyowisroyo.
Untuk menyukseskan event yang juga kerja sama dengan Dinas Pariwisata DIY tersebut, panitia melibatkan lima orang wasit, yaitu Budi Wijayanto, Wiji Hartono, Rimawan, Dalijo dan Yoni Andra.