nasional

Napak Tilas Makam Pahlawan Nasional Trah Kraton Yogyakarta di Makassar

Selasa, 23 Januari 2018 | 18:34 WIB

MAKASSAR, KRJOGJA.com - Nama Bendoro Raden Mas (BRM) Ontowiryo (1785-1855) atau yang jauh lebih dikenal sebagai Pangeran Diponegoro merupakan sosok yang menjadi salah satu tonggak sejarah bangsa. Sepak terjangnya mengawali perang terbuka (secara gerilya) melawan penjajah Belanda dalam kurun waktu 1825-1830 hingga menewaskan puluhan ribu tentara musuh begitu dikenang hingga saat ini.

Perjuangan Pangeran Diponegoro yang merupakan salah satu putera Sri Sultan HB III tersebut dimulai dari Tegalrejo hingga kemudian melakukan gerilya dari Selarong di Bantul, Magelang hingga Ungaran Jawa Tengah. Perjuangan Diponegoro berakhir setelah Belanda memperdaya melalui perundingan palsu 1828 di Magelang hingga kemudian memenjarakannya dari Batavia, Manado dan berakhir di Makassar Sulawesi Selatan.

Diponegoro menghabiskan 21 tahun sisa hidupnya di Makassar dengan salah satu istri yang ikut serta dalam pengasingan oleh Belanda yakni RA Ratu Ratna Ningsih serta beberapa pengikuti setia. Tak heran bila kemudian sebuah kompleks makam sederhana di sebuah ruas jalan Kecamatan Makassar, Kota Makassar terbangun tegak diantara gedung-gedung pertokoan hingga saat ini.

Generasi kelima Diponegoro, R Hamzah Diponegoro yang kini didaulat menjadi juru kunci makam mengatakan awalnya tak ada yang menyadari ada tokoh besar yang ditahan di Makassar karena Belanda memang merahasiakan keberadaan Diponegoro di Benteng Rotterdam. Barulah setelah meninggal dan dimakamkan, warga dan tokoh setempat kaget ternyata selama 21 tahun ada tokoh besar yang menjalani masa akhir hayat di Kota Makassar.

“Saat masa penahanan Diponegoro tidak ada orang tahu karena Belanda tertutup sekali, tidak bisa orang ikut datang saat mereka menggelar acara. Baru setelah meninggal orang tahu hingga kemudian putera-puterinya menikah dengan orang Bugis juga dan tinggal di Makassar,” ungkapnya kepada KRjogja.com saat berbincang Selasa (23/01/2018).

Keadaan makam dahulu sebelum tahun 60-an menurut Hamzah belum semegah saat ini. Baru di tahun 70-an makam ini diperbaiki oleh negara (saat penganugerahan gelar Pahlwan Nasional tahun 1973).

“Diperbaiki oleh Kodam IV Diponegoro saat itu karena digunakan sebagai simbol kemiliteran Indonesia jadi diperbaiki, sampai sekarang seperti ini. Kebetulan saya meneruskan merawat makam setelah sebelumnya ayah saya, tahun 2015 juga mendapat kekancingan dari Kraton Yogyakarta,” lanjutnya.

Hingga kini disebut Hamzah, tokoh-tokoh negara masih kerap menunjungi makam Pangeran Diponegoro yang dinilai sebagai sosok pendobrak keberanian melawan penjajah secara terbuka. “Terakhir saya ingat orang tuanya Pak Jokowi sudah datang kemari, lalu wapres Jusuf Kalla juga. Kalau dari Kraton ada GKR Pembayun (Mangkubumi) yang juga sering kemari,” ungkapnya lagi.

Halaman:

Tags

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB