Disebut begitu karena jembatan ini menghubungkan pulau-pulau yang ada. Jembatan ini juga dikenal dengan sebutan Jembatan Habibie, karena beliaulah yang memprakarsai adanya Jembatan Barelang. Bahkan ketika Anda masih mengudara dalam kabin pesawat Malindo Air pun, jembatan megah ini akan bisa mencuri perhatian Anda dari ketinggian.
Rencana awal berdirinya Jembatan Barelang ini adalah untuk mengembangkan wilayah industri.Pembuatannya melibatkan ratusan insinyur asli Indonesia dan tidak melibatkan tenaga ahli dari luar negeri sama sekali. Pada akhirnya ketiga pulau ini memperoleh akses yang baik dan menjadi wilayah Kepulauan Riau dan menjadi satu provinsi.
Jembatan ini terdiri dari enam jembatan, yaitu Jembatan Tengku Fisabilillah, Jembatan Nara Singa, jembatan Raja Ali Haji, Jembatan Sultan Zainal Abidin, Jembatan Tuanku Tambusai, dan Jembatan Raja Kecik. Keenam jembatan itu menjadi ikon kepulauan Riau yang memukau para pengunjung yang datang. Anda yang datang bisa menikmati cahaya lampu-lampu yang dipasang dengan latar pemandangan selat yang indah. Akan semakin berkesan jika matahari terbenam turut serta memeriahkan langit menjadi merah menyala.
Untuk memeriahkan dan menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung, setiap akhir pekan dan hari libur nasioanal diadakan sajian musik Melayu. Sajian hiburan tradisional khas Melayu ini juga mengupayakan pelestarian budaya agarsemakin populer dan dikenal masyarakat. Pemrakarsa hiburan ini adalah Sanggar Seni Budaya Melayu Pantai Basri yang mendapatkan kepercayaan oleh Dinas Pariwisata Kota Batam.
Saat ini pengunjung tiap harinya mencapai 200 orang dan hari libur mencapai 700 orang. Untuk mencapai tempat ini, Anda dapat menyewa kendaraan. Tentu akan menyenangkan berkendara mengelilingi Jembatan Balera yang indah.
2. Wisata Sejarah Galang Batam
Tempat ini dulu hingga sekarang dikenal sebagai bekas camp pengungsi Galang yang merupakan orang-orang Vietnam. Sangat unik tentunya mengetahui ada tempat yang tidak biasa seperti ini. Awal mulanya adalah tahun 1979 saat terjadi konflik ideologi, banyak pengungsi Vietnam yang datang berbondong-bondong mengungsi dengan mengarungi Laut Cina Selatan selama berbulan bulan dengan perahu nelayan yang memuat banyak orang. Sesampainya di Pulau Galang, tepatnya 7 km dari Pulau Batam, mereka datang dan hidup bergantung dari alam. Warga sekitar menyebut mereka dengan sebutan Manusia Perahu.